Ulah Tengkulak Penyebab Harga Karet di Tingkat Petani, Sangat Murah

Loading

petani-karet-banyuasin.jpg2

PALEMBANG, (tubasmedia.com) – Panjangnya mata rantai niaga karet sejak dari petani hingga industri, pemicu rendahnya harga. Alhasil, petani karet akan selalu sulit menggapai kesejahteraan alias mereka tetap melarat.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Sumatera Selatan, Alex K Eddy mengatakan, ada dua hingga tiga tingkat perantara yang terjadi dalam tata niaga karet. Selama ini, industri jarang yang membeli karet langsung dari petani.

“Ini yang menjadi persoalan sehingga harga karet di tingkat petani ada selisih cukup jauh dengan harga beli pabrik,” kata Alex di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (11/9/2016).

Jika pemerintah bisa memangkas rantai penjualan karet ini, kata Alex, petani bisa menjual getah karet menyamai harga di pabrik yang sekarang berada di kisaran Rp7.000/kg. Namun kenyataan di lapangan menyebutkan, tengkulak karet membeli dari petani Rp4.000/ kg.

“Jika menyuruh pabrik dibuat di kawasan perkebunan, saya rasa hal ini tidak mungkin. Satu-satunya cara yakni membenahi infrastruktur jalan karena di beberapa kawasan perkebunan masih harus ditempuh perjalanan darat ke kota dalam waktu 8-9 jam. Seperti dari Muarabeliti ke Palembang,” kata Alex.

Lantaran itu, lanjut Alex, pedagang perantara terpaksa mengutip harga yang rendah karena harus mengeluarkan biaya transportasi yang tinggi.

“Ini yang terkadang membuat serba salah, petaninya sendiri tidak memiliki kendaraan untuk menjual langsung ke pabrik sehingga sangat membutuhkan pedagang perantara (tengkulak), sementara pedagang perantara ini terkadang memberikan harga yang murah sekali,” ujar dia.

Harga karet di tingkat petani anjlok sejak pertengahan 2014 di kisaran Rp4.500/ kg, lantaran lemahnya penyerapan ekspor akibat pelemahan ekonomi global.

Sebelumnya, Pemkab Ogan Komering Ilir menyatakan siap membantu dana bagi warga yang ingin membersihkan lahannya dari pohon karet untuk dijadikan sawah. (red)

CATEGORIES
TAGS