Utilisasi Industri Tekstil Naik

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Ditjen IKFT Kemenperin, Adhie Rochmanto Pandiangan mengemukakan utilisasi industri TPT pada Januari-Desember 2022 secara rinci yakni industri tekstil sebesar 66,28 persen, industri pakaian jadi 77,8 persen, industri kulit dan barang kulit 87,40 persen.

Adapun per Juli 2023, utilisasi industri tekstil naik menjadi 68,42 persen, industri pakaian turun menjadi 73,01 persen, namun alas kaki naik menjadi 87,71 persen.

Selanjuitmya Adhie mengatakan untuk mempertahankan industri tekstil, salah satunya langkah yang ditempuh pemerintah adalah menjaga pasar domestik terhadap impor melalui revisi Permendag Nomor 25 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20 Tahun 2021 tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.

“Dalam waktu temporer, untuk menjaga cash flow, saya sudah bicara dengan PLN, ada relaksasi untuk biaya listrik,” katanya.

Hal lain, Adhie juga menyebut pemerintah terus mendorong restrukturisasi permesinan untuk mendukung transformasi dan inovasi teknologi industri tekstil.

Ia juga menyebut kinerja industri TPT, juga alas kaki, terus meningkat, khususnya pada Mei-Juni lalu karena momentum Hari Raya Idul Fitri dan masuk sekolah.

“Kami berharap di momen menuju puncak tahun politik kinerjanya terus meningkat,” katanya pada acara diskusi dengan wartawan di Jakarta, Senin. Sejatinya menurut dia, kebutuhan tekstil di momentum tahun politik memang cenderung naik.

Perkebunan Karet

Sementara itu, Plt Dirjen IKFT, Warsito menyebutkan, Indonesia memiliki luas areal perkebunan karet sebesar 3,7 juta hektare dan produksinya mencapai 3,12 juta ton per tahun atau setara 23,6 persen dari produksi global.

“Adapun realisasi investasi di industri karet dan plastik yang masuk ke Indonesia telah mencapai Rp7,3 triliun,” tandasnya.

Guna memanfaatkan sumber daya alam tersebut, Kemenperin juga memacu pemanfaatan teknologi modern dalam proses produksiya. Hal ini untuk meningkatkan nilai tambah komoditasnya agar dapat pula memenuhi standar produk kesehatan dan makanan.

Sementara itu, di sektor pengolahan bahan galian nonlogam, Ditjen IKFT Kemenperin foku terhadap hilirisasi empat komoditas mineral strategis.

“Istilahnya ada mutiara yang terpendam, yang perlu kita optimalkan lagi nilai tambahnya, yaitu silika, grafit, ilmenit, dan aspal buton,” ungkap Warsito.

Untuk material silika, potensi bahan bakun tersebut masih sangat melimpah, dan nilai tambahnya bisa dijadikan produk turunan untuk pembuatan solar panel dan semikonduktor. “Untuk silika ini, kami sudah mulai membuat kajian,” terangnya.

Dikatakan, bahan baku grafit, hilirisasinya akan difokuskan untuk bahan baku pendukung pembuatan baterai kendaraam listrik. Sedangkan, ilmenit, yang merupakan hasil samping dari tambang timah ini punya komponen yang bisa proses lanjut karena ada nilai tambahnya, seperti titanium.

“Untuk aspal buton, kita punya potensi yang sangat besar di pulau Buton, dan masih perlu dimaksimalkan pemanfaatannya. Ada 17 industri pengolahannya di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi,” sebutnya.

Sepanjang tahun 2022, nilai invstasi di sektor pengolahan bahan galian nonlogam mengalami kenaikan hampir 25 persen dibanding tahun 2021. Pada semester I-2023, investsasi baru mencapai Rp7,3 triliun atau tumbuh 26,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. (sabar)

CATEGORIES
TAGS