UIN Yogyakarta Bebas dari Gangguan NII

Loading

Laporan: Redaksi

UIN

UIN

YOGYAKARTA, (Tubas) – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof Dr Musa Asyarie menyatakan kelegaannya karena perguruan tinggi berbasis Islam yang dipimpinnya itu bebas dari gangguan serta ancaman organisasi yang disebut-sebut bernama Negara Islam Indonesia (NII).

Kelegaan sekaligus kegembiraan Prof Musa Asyarie itu disampaikan di sela-sela pelantikan Presiden Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga di kampus setempat, Rabu (11/5). “Kami telah membentuk tim penelitian untuk melakukan investigasi terhadap gangguan NII itu. Hasilnya, tidak ditemukan adanya mahasiswa UIN Sunan Kalijaga yang masuk atau menjadi anggota NII,” ujarnya.

Menurut Prof Musa Asyarie, untuk mengetahui lebih jelas tentang ada dan tidaknya gangguan NII di kampus yang dipimpinnya, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Polda DIY. Berdasarkan laporan dan informasi yang diterimanya dari Polda DIY, di kampus UIN Sunan Kalijaga tidak ditemukan adanya mahasiswa terlibat NII, baik sebagai perekrut maupun korban yang direkrut menjadi anggotanya.

“Beberapa waktu lalu kami juga sudah diundang oleh Polda DIY dan diberi pemaparan tentang keberadaan NII di DIY. Dalam pertemuan itu memang sempat disebutkan tentang adanya beberapa kampus atau perguruan tinggi di Yogyakarta yang mahasiswanya terindikasi terlibat NII. Namun khusus untuk UIN Sunan Kalijaga dinyatakan tidak ada mahasiswanya yang terindikasi NII,” jelas Prof Musa Asyarie.

Meski sudah dinyatakan bebas dari gangguan NII, namun menurut Prof Musa Aasyarie, ia tetap meminta segenap civitas akademika di lingkungan UIN Sunan Kalijaga untuk senantiasa waspada, dan terus berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Langkah ini dipandang perlu guna persiapan diri, sehingga bila sewaktu-waktu muncul kasus yang berkaitan dengan NII di kampus, bisa dengan cepat melakukan langkah antisipasi dan tindakan-tindakan.

“Kami juga melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi gangguan NII itu, di antaranya membuka ruang komunikasi yang luas dengan mahasiswa. Ya, kita perlu berjaga-jaga, karena siapa tahu ke depan gangguannya ternyata ada,” tambahnya.

Di samping itu, kata Prof Musa Asyarie lagi, pihaknya juga melakukan langkah re-desain kurikulum, terutama mengenai metode pembelajaran kampus. “Desain kurikulum baru itu kini sudah kami ajukan ke pusat. Dan, dengan kurikulum baru yang terbuka itu, maka ruang dialog antara dosen dan mahasiswa akan terjalin,” katanya. (s eka ardhana)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS