Sakit

Loading

Oleh: Edi Siswojo

Ilustrasi

Ilustrasi

BENDAHARA itu jabatan istimewa. Hanya orang-orang istimewa saja yang bisa dipercaya menjadi bendahara. Ibarat minyak wangi, bendaharawan itu minyak wangi biang. Apalagi bendahara suatu partai politik, tentu orang yang cerdas dan sehat. Bendahara yang tidak pintar mencari dan mengatur uang ya bikin repot. Apalagi kalau sakit, tentu tambah repot lagi.

Biasanya, bendahara yang jujur dan tidak neko-neko menjadi buah bibir orang di masyarakat. Tapi, sedikit saja menyimpangkan uang dan masuk kantong pribadi, pasti menjadi pergunjingan di ruang publik. Tak jarang pergunjingan itu menyebut bendaharawan yang tidak jujur sebagai “lipan”, “cumi-cumi”, “ular” atau “buaya”.

Lain lagi M. Nazaruddin, anggota DPR yang juga bendahara umum DPP Partai Demokrat yang dipecat karena melanggar kode etik. M. Nazaruddin diduga terlibat kasus suap Sesmenpora Wafid Muharam dalam pembangunan wisma atlet di Palembang. Nazaruddin juga dilaporkan memberikan uang persahabatan kepada Sekjen Mahkamah Konstitusi (MK).

Menyusul keputusan tersebut M. Nazaruddin pergi ke Singapura sehari sebelum surat cekal (cegah tangkal) diterbitkan. Alasannya, klasik. Orang Indonesia yang diduga terlibat kasus korupsi, pergi ke luar negeri berobat karena sakit. Sebelum pergi, Nazarrudin sempat mengacung-acungkan jari telunjuk sambil tersenyum dan berkata, “fakta hukum tidak bisa hanya katanya…katanya…!”

Mengiringi kepergian mantan bendaharawan itu ruang publik Indonesia menjadi penuh sesak berbagai pergunjingan, termasuk pergunjingan ungkapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kecewa dan marah oleh pesan singkat (SMS/Short Message Service) yang dikirim dari tempat gelap oleh orang yang tidak ksatria dan tidak bertanggungjawab.

Tentu, tak hanya M. Nazaruddin yang menjadi bahan pergunjingan. Nunun Nurbaeti, tersangka kasus pemberi suap cek pelawat kepada 25 anggota DPR periode 2004-2009 dalam pemilihan Deputi Gebernur Senior Bank Indonesia Miranda Gultom juga menambah turbulensi pergunjingan nasional. Nunun sudah lebih dulu berobat ke Singapura karena sakit, belakangan dikabarkan sakit lupa secara permanen sehingga lupa kembali ke Indonesia.

Nah, Nazarrudin dan Nunun Nurbaeti yang sampai hari ini juga belum kembali ke Indonesia sakit apa ya? Dan ada di mana ya? Belum tahu, yang pasti turbulensi pergunjingan meramaikan ruang publik nasional. Bisa jadi mantan bendahara Partai Demokrat itu sakit hati…he, he, he! ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS