RI Pantas Menjadi Basis Produksi Ponsel

Loading

Laporan: Redaksi

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi

JAKARTA, (Tubas) – Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian, Budi Darmadi mengatakan upaya memberikan dis-insentif kini sedang dibahas lintas kementerian. Cara ini dianggap ampuh menarik produsen ponsel kelas dunia untuk membangun pabriknya di Indonesia.

“Produsen besar belum mau, seperti Nokia, Samsung, Sony, BlackBerry, mau nggak mereka buat di sini? Sudah kita sampaikan sejak lama, tapi belum ada juga tanggapan,” kata Budi.

Menurut Budi, pasar Indonesia yang per tahunnya mampu menyerap 30 juta ponsel sehingga sudah sepantasnya menjadi basis produksi dari para pabrikan ponsel tersebut.

“Dari sisi regulasi pemerintah tak membedakan merek satu dengan yang lain, itu tidak boleh. Kita ingin mereka buat di Indonesia, karena bisa menambah lapangan kerja. Kalau mereka tak mau juga kita buat peraturan, kita buat mereka supaya bangun pabrik di sini,” katanya.

Seperti diketahui, Kemenperin mengusulkan adanya tambahan pajak untuk produk yang tingkat konsumsi dalam negeri tinggi namun diproduksi luar negeri. Contoh produk HP Blackberry yang diproduksi RIM di Malaysia. Untuk produk yang diproduksi di negeri orang ini, akan dikenakan PPN (pajak pertambahan nilai) tambahan atau PPpn-Bm (pajak pertambahan nilai barang mewah).

Pengenaan pajak tambahan ini bukannya tidak beralasan. Penjualan blackberry di Indonesia lebih besar ketimbang negeri jiran tersebut. Penjualan blackberry di Indonesia, bakal mencapai 4 juta unit sedangkan Malaysia tidak sampai 400 ribu unit. Dengan harga US 300 dolar per unit, penjualan di Indonesia akan mencapai Rp 1,2 miliar.

Menurut Budi Darmadi, sebenarnya usulan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) ini fokus pada produk-produk eletronik impor yang dikonsumsi secara massal di Indonesia. Hanya saja barang tersebut tak memiliki basis produksi di Indonesia.

Sehingga menurutnya produk-produk impor ini dinilai hanya memanfaatkan Indonesia sebagai target pasar, akan tetapi tak memiliki keinginan untuk membuka basis produksi atau pabrik di Indonesia. ‘’Blackberry itu hanya contoh saja,’’ tutur Budi. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS