Prof Tjipta Lesmana Ingatkan Jokowi, Patuhi Etika !!! Keadaan Negara Sangat Darurat!!!

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Gelombang kritik tajam dari Prof Tjipta Lesmana mengguncang panggung politik Indonesia, dengan menyuarakan kekhawatiran serius terhadap Presiden Joko Widodo yang diduga melecehkan guru besar.

Prof Tjipta Lesmana melontarkan kritiknya dalam sebuah kanal YouTube Asanesia TV, menciptakan gelombang kontroversi yang mengguncang dunia maya.

Dalam kutipan eksklusif dari video tersebut, Prof. Tjipta Lesmana menyatakan, “Turun gunungnya UI, UGM, UII, Unpad, Usu, UB,Unad, Unhas kemarin sungguh menghebohkan’’

Prof. Tjipta Lesmana dengan tegas mengingatkan Presiden Jokowi untuk mematuhi etika dan moralitas, mempertanyakan sebenarnya apa yang sedang terjadi di tengah-tengah keguncangan ini.

Universitas-universitas terkemuka memberikan komunikasi langsung dan tidak langsung, memberikan seruan dan peringatan keras kepada Presiden Joko Widodo.

Prof. Tjipta Lesmana menyoroti situasi yang darurat, di mana para intelektual meminta koreksi tindak tanduk presiden terhadap demokrasi. “Dalam keadaan sangat darurat ini, UI telah keluar kandang, menunjukkan betapa seriusnya situasi saat ini. Teks pesan dari UI mencerminkan seriusitas yang meminta perhatian penuh terhadap demokrasi,” ujar Prof. Tjipta Lesmana.

Kritik lebih lanjut ditujukan pada klaim bahwa presiden boleh berpihak dalam pemilu. Prof. Tjipta Lesmana menegaskan, “Presiden harus impartial, tidak boleh seenaknya berpihak. Ini melanggar etika dan moralitas. Jangan lupa, kita memiliki guru besar etika seperti Von Magnis Suseno yang menegaskan prinsip-prinsip moralitas.”

Dalam akhir pernyataannya, Prof. Tjipta Lesmana mengingatkan Jokowi bahwa situasi ini sangat darurat dan harus ditangani dengan hati-hati.!  “Jangan sampai jatuh ke jurang. Ini berbahaya sekali,” tandasnya. Peringatan keras dari Prof. Tjipta Lesmana terus menggema, kali ini menyoroti potensi kekerasan massa jika situasi politik tidak ditangani dengan bijak.

Prof. Tjipta Lesmana mengungkapkan kekhawatirannya terhadap Presiden Joko Widodo yang, menurutnya, mungkin kurang memahami sejarah dan literasi TNI.

Tragedi Mei 98

“Dalam situasi seperti sekarang, Presiden perlu menyadari potensi kekerasan massa. Jangan sampai kita mengulang tragedi Mei ’98 atau bahkan lebih parah,” tegas Prof.Tjipta Lesmana.

Ia mengingatkan bahwa perbedaan situasi saat ini dengan tahun ’98 sangat signifikan, di mana rakyat kini makin nekad dan makin banyak yang kelaparan.

Prof. Tjipta Lesmana juga menyampaikan kritik terhadap upaya politik yang mungkin dilakukan oleh Presiden Jokowi untuk mendorong putranya, Gibran, menjadi wakil presiden.

“Tidak ada yang salah dengan ambisi politik, tetapi harus dijalankan dengan benar. Jangan sampai harga diri manusia dijual oleh kekuasaan,” tandasnya.

Dalam konteks ini, Prof. Tjipta Lesmana menyoroti peran ilmuwan dan profesor dalam memberikan peringatan kepada pemimpin negara.  Ia menekankan bahwa kaum intelektual memiliki peran penting dalam menggerakkan perubahan dan memberikan masukan yang konstruktif. “Situasi politik yang panas seperti ini harus dibalut dengan kebijaksanaan. Kaum intelektual memiliki potensi untuk menjadi pemicu perubahan, karena satu intelektual dapat menggerakkan jutaan orang di belakangnya,” ujar Prof. Tjipta Lesmana.

Namun, ia juga mencatat bahwa dalam Pilpres terkini, terdapat tokoh-tokoh yang lebih memilih menikmati kekuasaan daripada memberikan kontribusi positif.

Ia merinci suasana di dalam kekuasaan, di mana seorang pemimpin dapat dengan mudah menikmati fasilitas dan keuntungan tanpa merasakan beban kehidupan sehari-hari rakyat.

Peringatan Prof. Tjipta Lesmana menjadi sebuah refleksi kritis terhadap dinamika politik dan kekuasaan di Indonesia.  Sebuah panggilan untuk menjaga stabilitas dan mencegah potensi konflik yang dapat merugikan seluruh masyarakat.(sabar)

 

CATEGORIES
TAGS