Perajin Tenun Gendong Purbalingga Terancam Punah

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

PURBALINGGA, (TubasMedia.Com) – Perajin tradisioanl tenun gendong di Purbalingga terancam punah. Pada era 90-an di Desa Tajug masih ada 100 orang perajin, namun sekarang tinggal 10 orang. Menurut seorang perajin tenun gendong di dukuh Sawangan berkurangnya perajin tenun gendong, disebabkan tidak adanya regenerasi. “Yang tua tua sudah meninggal, dan tidak ada lagi pengantinya” kata mbok Sarjuki, pekan lalu.

Mbok Sarjuki menambahan untuk membuat kain gendong dibutuhkan proses yang lama, untuk satu kain memakan waktu 1 minggu dengan dibantu 1 orang untuk nggulung benang. Karena proses yang lama membuat generasi mudanya enggan untuk meneruskan warisan nenek moyang ini.

Disamping itu, harganya tidak memadai dengan lamanya pembuatannya. Satu lembar kain tenun gendong hanya dihargai Rp 50 ribu. “ Anak perempuan sekarang lebih suka ngidep (membuat bulu mata), dan itu lebih menjanjikan untuk menambah penghasilan” tambahnya.

Era 90-an merupakan masa keemasan kain tenun gendong, pada masa itu pengrajin di dukuh Sawangan bisa menghabiskan benang sampai 2 ton setiap bulan. Rata-rata produksi mencapai 30 kian perhari. Kain dijual di pasar lokal dan pasar luar jawa, seperti Sumatra dan Kalimantan.

Sementara itu perajin batik tulis Karangmoncol Purbalingga justru semakin eksis. Ketua kelompok pengrajin batik tulis Karangmoncol, Suyatmi mengatakan batik tulis Karangmoncol semakin baik dan maju. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya order yang masuk. “Kami agak kewalahan memenuhi order, jumlah produksi perbulan kurang lebih 20 buah sedangkan jumlah pesanan mencapai 25 perbulan” kata Suyatmi. (joko suharyanto)

TAGS

COMMENTS