Pengusaha Kecil di PIK Medan: Kami Jangan Ditelantarkan

Loading

Laporan : Redaksi

ilustrasi

MEDAN, (TubasMedia.Com) – Pengusaha kecil yang bermukim di Pusat Industri Kecil (PIK) Medan, Sumatera Utara mengatakan tidak keberatan walau pemerintah membebani kalangan pengusaha kecil dengan pengenaan pajak.

‘’Tidak jadi soal. Bagi kami wajar jika pemerintah memungut pajak dari pengusaha kecil. Tapi pemerintah juga harus fair memberi dukungan maksimal kepada kami. Jangan pajaknya saja diambil tapi kami ditelantarkan,’’ kata Jumaidir, perajin sepatu yang ditemui tubasmedia.com di bengkel sepatunya di kawasan PIK Medan, kemarin.

Jumaidir adalah satu dari sekian belas pengusaha kecil yang masih tetap bertahan di PIK Medan. PIK yang terletak di Kawasan Medan Tenggara Menteng dan dibangun tahun 1996 dengan jumlah tempat usaha sebanyak 100 unit, kini hanya didiami sekitar 30% yang bertahan sebagai pengusaha kecil. Sisanya, ada yang berubah fungsi jadi hunian dan lainnya kosong.

‘’Ini buktinya kami tidak direken malah ditelantarkan. Mana ada lagi pejabat pemerintah yang mau melongok kami dan itulah sebabnya PIK ini jadi kosong dan sudah berubah fungsi,’’ kata Jumaidir.

Andaikata lanjut Jumaidir, pemerintah setempat tetap serius mengelola PIK dan terus membina pengusaha kecil yang ada di dalamnya, tempat ini tidak akan ditinggalkan dan bisnis ekonomi kecil akan tetap menggeliat di lokasi ini.

‘’Tapi faktanya, lihat saja sendiri. Sudah jadi rumah tinggal, pada jemur kain cucian di halaman. Ada juga yang berobah jadi warung sayuran dan juga menjadi kantor LSM,’’ jelasnya.

Namun katanya, pengelola PIK tidak ada respon dan sepertinya tidak terjadi apa-apa dengan PIK walau sebenarnya secara hukum, peruntukan PIK sudah berubah fungsi.

Wartawan tubasmedia.com yang melongok PIK kemarin menyaksikan beberapa perajin masih bertahan menjalankan usahanya sebagai perajin sepatu, tas, sablon dan konfeksi. Meskipun para pelaku usaha kecil di kompleks PIK ini merupakan binaan dari Dinas Perindustrian Perdagangan Sumatera Utara, namun sepuluh tahun terakhir ini pemerintah terkesan tidak lagi memperhatikan keberlangsungan usaha mereka.

Awalnya, PIK Medan beroperasi maksimal. Seluruh bangunan diisi perajin yang menjalankan usahanya. Namun semenjak krisis moneter tahun 1998, kondisinya berubah. Banyak dari mereka yang tidak sanggup lagi menjalankan usahanya, hingga akhirnya bangunan tersebut hanya dijadikan tempat tinggal. Ada juga yang dibiarkan kosong dan disewakan kepada pihak lain.

Harusnya kata Jumaidir, pemerintah setempat jangan membiarkan para pengusaha kecil ini terlantar, walau tungganglanggang ditempa krisis moneter. Dan pada saat-saat seperti inilah pemerintah memperlihatkan kepeduliannya.

Jumaidir mempercontohkan usaha sepatu yang terus dijalankannya. Untuk memenuhi pesanan pelanggannya yang tersebar di hampir seluruh kota besar di Sumatera, dia kesulitan, khususnya pengadaan dana.

Dalam satu bulan, dia bisa memproduksi hampir 2.000 pasang sepatu dan senuanya habis diserap pasar, bahkan tidak jarang pelanggannya kekurangan sementara untuk memproduksi yang 2.000 pasang itu saja, Jumaidir sudah kesulitan di bidang dana.

Pasalnya, pelanggan tidak membayarnya secara tunai, melainkan dengan giro yang masa tenggatnya bisa sampai 3 bulan sementara enam karyawannya harus gajian setiap minggu. ‘’Dalam kondisi seperti inilah maksud kami pemerintah turun tangan membina dan menyelamatkan kami pengusaha kecil. Jangan ditelantarkan,’’ katanya.

Menjawab tubasmedia.com, Jumaidir mengatakan kalau pembinaan kepada kelompok pengusaha kecil masih sangat dibutuhkan, termasuk fasilitas-fasilitas tambahan yang bisa melanggengkan jalannya usaha.

Dikatakan juga bahwa ada sejumlah bantuan dari pemerintah, misalnya penyaluran KUR sering tidak sampai kepada yang berhak, melainkan jatuh ke tangan orang-orang yang tidak berproduksi.

‘Kami sering disurvey dan saya tunjukkan semua transaksi kami dengan pelanggan. Tapi KUR tak kunjung cair sementara yang tidak berproduksi, menerima KUR,’’ lanjutnya. Tidak hanya Jaumaidir, para pengusaha kecil di lokasi ini ternyata rata-rata kesulikan mencari modal dan sangat mendambakan uluran tangan pemerintah dalam hal memberi pembinaan. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS