Pasar Obligasi Masih Tertekan

Loading

obligasi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Reza Priyambada, Head of Research PT Woori Korindo Securities Indonesia mengatakan, masih maraknya aksi profit taking yang dibarengi dengan sentimen negatif, terutama dari dirilisnya penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2015 oleh Bank Dunia, membuat laju pasar obligasi sepanjang pekan kemarin masih melanjutkan pelemahannya.

“Tetapnya suku bunga BI rate di level 7,75% tidak terlalu direspon positif karena masih dianggap cukup tinggi bagi pasar obligasi,” ujar Reza, Senin (15/12/14).

Masih berlanjutnya laju Rupiah yang cenderung tertekan dengan masih menguatnya US$, membuat pelaku pasar khawatir akan pergerakan Rupiah ke depannya sehingga pelaku pasar tersebut cenderung kembali melepas obligasinya.

Pergerakan yield secara mingguan kembali melanjutkan kenaikan di hampir seluruh tenor. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami kenaikan rata-data yield 7,52 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield sekitar 19,44 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) turut mengalami kenaikan yield sekitar 19,88%.

“Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±5 tahun kembali melanjutkan pelemahan 111,87 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±10 tahun mengalami penurunan harga 176,02 bps,” jelas Reza.

Dengan telah terpenuhinya target pembiayaan dalam APBN tahun 2014, yang bersumber dari penerbitan Surat Utang Negara maupun Surat Berharga Syariah Negara di pasar perdana dalam negeri, maka lelang tersebut di pekan kemarin ditiadakan.

Kondisi yang tidak jauh berbeda dengan pekan sebelumnya dimana masih adanya sentimen negatif dari mulai berlanjutnya profit taking yang didukung kurang kondusifnya sentimen dari dalam negeri terkait dengan pelemahan Rupiah, tetap tingginya BI rate, hingga penurunan proyeksi outlook pertumbuhan ekoonomi Indonesia, mempengaruhi pasar obligasi sehingga dapat berpotensi melemah jika tidak diimbangi oleh adanya sentimen positif lainnya.

“Kemungkinan jikapun terjadi penguatan maka masih akan tipis dengan perubahan harga obligasi rerata sebanyak 25-35 bps dan pelemahan harga hingga minimal rerata 55-70 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada,” tutup Reza. (angga)

CATEGORIES
TAGS