Merenung dan Mengingat

Loading

Oleh: Edi Siswoyo

Ilustrasi

MENYAMBUT hari ulang tahun kemerdekaan ke-67 ada baiknya kita tidak hanya merayakan secara rutinitas, tapi menundukkan kepala sejenak. Merenungkan dan mengingat kembali gelora semangat kebantinan yang hidup dan berkembang di dada bangsa Indonesia saat proklamasi 17 Agustus 1945. Gelora jiwa Merdeka atau Mati dan semangat Sekali Merdeka Tetap Merdeka.

Bagaimana saat ini? Entahlah. Yang jelas setiap tanggal 16 Agustus kita bisa mendengarkan pidato kenegaraan presiden di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Saat tanggal 17 Agustus kita bisa menyaksikan keramaian perayaan “17 Agustusan” di seluruh pelosok tanah air. Bendera merah putih bekibar–dengan berbagai bentuk–di halaman Istana Medeka, melambai-lambai di jalan dan bergelantungan di gang-gang desa dan kampung. Meriah !

Tak ada yang salah dengan rutinitas kemeriahan itu semua. Cuma ada baiknya dalam rutinitas merayakan HUT RI itu kita merenungkan esensi makna kemerdekaan. Proklamasi 17 Agustus 1945 oleh Soekarno–Hatta atas nama bangsa Indonesia, pada hakekatnya sebuah kemerdekaan bagi seluruh jiwa dan raga rakyat Indonesia.

Masih adakah makna kemerdekaan itu ? Masih, cuma terasa kering seperti keringnya hati yang dibius keserakahan korupsi yang merajalela di semua lini kehidupan rakyat dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Makna merdeka tak hanya kering juga kerontang seperti keringnya sumur – sumur minyak dan tandusnya ribuan hektar hutan akibat ekploitasi sumber alam yang ada di permukaan dan di dalam perut bumi ibu pertiwi.

Bisa jadi makna yang terasa kering kerontang itu karena kita terlena dihisap kembali oleh imperilisme modern melalui UU Nomor 1 Tahun 1967 tetantang Penanaman Modal Asing (PMA). Pelan tapi pasti, pintu bangsa Indonesia dibuka lebar bagi kembalinya dominasi asing melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 1994 yang dimantapkan dengan UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Dalam renungan sejenak ada baiknya kita menangkap kembali jiwa Sekali Merdeka Tetap Merdeka yang pernah begelora di hati ibu pertiwi. Dalam dekapan dominasi asing dan korupsi tak ada salahnya kita kembangkan semangat Merdeka atau Mati dalam mengisi kemerdekaan untuk mewujudkna cita-cita prokalamasi 17 Agustus 1945 ! Semoga rakyat tetap merdeka dan tidak mati oleh pelukan korupsi di negeri ini! ***

CATEGORIES
TAGS