Reward and Punishment

Loading

Oleh: Benny Hartanto

Ilustrasi

Bekerja dengan Benar adalah Ibadah kepada Tuhan

Apa pun yang menjadi pekerjaan atau mata pencaharian kita sedapat-dapatnya harus sejalan dengan perintah Tuhan. Apabila kita menyadari bahwa hidup di dunia ini untuk ibadah kepada Tuhan akan menjadi motivasi yang kuat, luhur dan mulia sifatnya, karena semua pekerjaan kita lakukan demi atau diserahkan untuk Tuhan. Oleh karenanya, perlu untuk menempatkan pekerjaan kita sehari-hari itu bukan hanya sekedar mata pencaharian untuk mencari nafkah, tetapi lebih utama sebagai ibadah kepada Tuhan. Sehingga penghasilan (gaji, remunerasi) yang diterimanya merupakan reward dari Tuhan melalui perantaraan instansi atau perusahaan tempat bekerja.

Bekerja dengan Ikhlas dan Kesucian

Untuk melaksanakan sebuah karya dengan baik, perlu pengorbanan yaitu ikhlas mencurahkan pikiran, tenaga, harta benda dan jika perlu mengorbankan jiwanya. Lebih dalam lagi ikhlas (rela) berarti kelapangan hati untuk menyerahkan semua milik, wewenang dan semua hasil kerjanya kepada Tuhan. Ikhlas juga berarti tidak bersusah hati atau berkeluh kesah dalam melaksanakan pekerjaannya, mengenai semua penghinaan, fitnah, dan lain sebagainya; tidak mempunyai keinginan sedikit pun pada kehormatan dan kemasyhuran dari profesi, kedudukan ataupun pangkatnya, apalagi rasa iri serta suka mencampuri urusan orang lain atau teman kerjanya.

Pekerjaan apa pun yang menjadi tanggungjawabnya harus diterima dengan senang hati, dilaksanakan dengan kejujuran dan kesungguhan hati. “Oleh karena itu, segala sesuatu yang sudah ada ditanganmu, laksanakanlah dengan kesungguhan hati yang suci, niatkan atas karsa Tuhan, sebab tidak ada tugas di dunia ini, yang tidak atas karsa Tuhan meski yang tampaknya remeh sekalipun.” (Sasangka Jati).

Prinsip-Prinsip Reward and Punishment

Tanggungjawab sendiri

Semua perbuatan yang kita lakukan, hasil atau akibatnya menjadi tanggungjawab masing-masing. Semua perbuatan sepenuhnya tanggungjawab kita sendiri, jadi sebenarnya kita mempunyai otonomi untuk berbuat sesuatu. Kalau selama ini kita selalu berbuat baik, tetapi masih menderita. Perlu disadari bahwa dosa itu merupakan tanggungjawab sendiri, tidak bisa ditanggung atau dilimpahkan kepada orang lain. Adapun orang lain hanya bisa memaafkan dan mendoakan kepada Tuhan agar dosa yang diperbuat oleh seseorang itu dapat dimaafkan.

Menanam itu tidak berarti memetik buah, dan sebaliknya

Hukum Abadi menyatakan bahwa siapa yang berbuat kebaikan bakal memperoleh pahala (reward), dan yang berbuat kejahatan/keburukan bakal menerima pidana (punishment). Itu mutlak kebenarannya. Namun, datangnya pahala dan pidana itu yang belum tentu berurutan setelah kejadian dan belum tentu terjadi bersamaan pada kehidupan sekarang. Sehingga apa yang ditanam sekarang, bisa dipetik sekarang buahnya atau bisa nanti.

Demikian juga yang dipetik sekarang belum tentu hasil daripada yang ditanam sekarang, tetapi bisa juga yang ditanam pada waktu yang lalu. Tidak perlu memikirkan atau dibikin bingung apakah suatu kejadian itu memetik atau menanam. Apabila mengalami kegagalan atau musibah yang terjadi di luar rencana atau dugaan, jangan memikirkan apakah itu cobaan atau hukuman atau hasil perbuatan, tetapi yang lebih penting mengupayakan penyelesaian masalah dengan sebaik-baiknya dan mengambil pelajaran dari kejadian itu.

Pikirkan keadaan sekarang

Perlu direnungkan petikan kalimat berikut. “Keadaan yang telah lampau itu sebenarnya sudah tidak perlu engkau pikirkan karena telah terjadi. Yang perlu engkau pikirkan atau engkau rasakan itu keadaanmu sekarang ini saja, sebab sekarang ini menjadi tanggunganmu, sedangkan yang akan datang itu ada dalam kekuasaan Tuhan.” (Sasangka Jati).

Dalam buku Olah Rasa di Dalam Rasa dijelaskan bahwa: (1) Jangan mengingat-ingat kejadian atau peristiwa serta penderitaan hidup yang telah lampau. (2) Jangan menggambarkan sesuatu atau mengharapkan terkabulnya peristiwa yang akan atau yang belum terjadi ….. Oleh sebab itu, yang perlu adalah: sekarang ini bertindaklah dengan pengorbanan dan syarat-syarat yang telah ditentukan untuk menempuh jalan benar..

Jangan senang/susah apabila menerima anugerah/hukuman

Segala sesuatu yang terjadi sebaiknya kita terima dengan wajar-wajar saja. Kalau memang harus bersuka cita, sudah sewajarnya dilakukan, tetapi jangan berlebihan (euphoria). Apalagi kalau berduka, bila diikuti terus akan berdampak melemahkan jiwa. Yang penting harus mensyukuri apa pun yang terjadi.

Penutup

Sistem reward and punishment masih banyak diterapkan baik di dunia kerja, lingkungan pendidikan maupun organisasi umum untuk memotivasi pekerja atau anggotanya agar dapat bekerja lebih giat lagi. Dengan sistem ini diharapkan dapat diperoleh peningkatan kinerja, layanan jasa dan produktivitas bagi perusahaan/institusi/organisasi yang menerapkannya.

Dalam kehidupan umum, dengan memahami adanya anugerah dan hukuman diharapkan juga akan membuat kita lebih hati-hati dalam menjalani hidup, karena hidup itu ada aturannya, ada kewajiban dan ada larangannya. Yang kalau ditaati akan memperoleh reward, namun kalau dilanggar akan menerima punishment.

Untuk memberikan motivasi, ternyata ada metode yang lebih tepat yaitu yang berasal dari dalam dan melekat pada diri seseorang (intrinsic motivation). Kalau mau dihayati dengan sedalam-dalamnya, semua pekerjaan dan kegiatan yang kita lakukan itu – yang termasuk perbuatan baik – harus dianggap sebagai ibadah, maka hal ini akan menjadi motivasi yang sebaik-baiknya. Pekerjaan dilakukan secara ikhlas, dan hasilnya dipersembahkan kepada Tuhan. Oleh karenanya tidak diperlukan lagi adanya motivasi dari luar (extrinsic motivation) berupa iming-iming dalam bentuk reward.

Walaupun demikian, system reward and punishment kadangkala masih diperlukan untuk masyarakat umum, karena memang ada manfaatnya untuk meningkatkan kinerja, layanan jasa dan produktivitas. Semuanya harus dilakukan secara bersama-sama baik oleh Atasan maupun bawahan sesuai dengan porsinya secara adil dan bijaksana untuk mencapai tujuan bersama dengan kesejahteraan yang memadai. *** (habis)

CATEGORIES
TAGS