Menjadi Panutan Penggunaan Produk Sendiri

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Laporan yang menyebutkan China akan terimbas oleh krisis ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat, pertengahan tahun ini, patut kita perhatikan. Kata ahli, untuk menghadapi imbas itu, China akan berupaya meningkatkan ekspornya ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Jika itu terjadi maka, jumlah barang impor di Indonesia akan meningkat.

Sekretaris Komite Ekonomi Nasional Aviliani mengatakan di Jakarta, sejauh ini, China belum terimbas cukup berarti dari krisis di Eropa dan AS. Namun, pertengahan tahun ini, kemungkinan akan terkena. Dan jika itu terjadi, kata Aviliani, China akan mengalihkan barangnya ke Indonesia.

Perkiraan itu patut kita cermati, terutama dalam kaitannya dengan melindungi produk dalam negeri. Sebab kalau yang diperhitungkan itu terjadi, maka produk China, yang terkenal karena harganya murah, akan kian membanjiri pasar Indonesia. Seperti yang terjadi selama ini, produk China sudah merambah di Tanah Air.

Tahun lalu banyak yang terkejut ketika melihat produk China, antara lain, alas kaki dan mainan anak-anak, memenuhi toko-toko dan pelataran pedagang kaki lima. Dan seperti dilaporkan, hal itu tidak dapat dicegah, karena negara kita telah terikat dengan kesepakatan pasar bebas ASEAN dan mitranya, China.

Belum lagi dari negara-negara lain. Seperti, jagung dari India, yang dikabarkan kembali memasuki pasar di Sumatera Utara. Sebelumnya, akhir 2011, masalah jagung impor ini membuat petani di Sumut resah. Mereka pun meminta pemerintah menghentikan impor itu.

Pasar Potensial

Indonesia dipilih banyak negara sebagai pasar potensial, ya tidak terlepas dari jumlah penduduk yang lebih dari 237 juta. Sebagian besar atau sekitar 58 persen dari jumlah penduduk itu tinggal di Pulau Jawa, disusul Pulau Sumatera 21 persen, serta sisanya di Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Papua dan Maluku.

Barang-barang dengan harga lebih murah, apalagi itu buatan luar negeri, tentu selalu menarik bagi pembeli di Tanah Air. Maka tak heran jika peminat barang-barang eks luar negeri banyak di Indonesia. Kondisi demikian tentu akan memengaruhi perhatian pada produk dalam negeri.

Nah, perlindungan produk dalam negeri ini yang mesti dikedepankan dan jadi prioritas para pemangku kepentingan. Sudah sejak lama disadari, perlindungan terhadap peroduk dalam negeri harus dilakukan. Berkaitan dengan itu pemerintah membentuk satu badan secara nasional yang bertugas meningkatkan penggunaan produk dalam negeri. Di samping itu, sejumlah produk hukum diterbitkan sebagai payung melindungi produk dalam negeri. Muaranya agar produk dalam negeri sungguh-sungguh jadi tuan rumah di dalam negeri.

Daya Saing

Dalam upaya meningkatkan penggunaan komoditas dalam negeri, maka kampanye atau sosialisasi menjadi keharusan bagi Indonesia. Kesadaran memakai produk sendiri harus terus ditumbuhkan agar terjadi kesinambungan. Pasar dalam negeri mesti jadi “ladang utama” untuk menyerap produk domestik. Sebab tersalurnya produk secara luas menjadi daya saing bagi produsen, yang umumnya mempekerjalan banyak orang.

Berkembangnya perusahaan yang bergerak di bidang produksi komoditas amat penting, sebagai salah satu bagian yang memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi. Tumbuhnya produsen, sebagai sektor riil, akan menyerap banyak tenaga kerja.

Kampanye dimaksud harus diikuti dengan contoh yang kemudian menjadi panutan. Lingkaran pertama yang menjadi panutan dalam penggunaan produk dalam negeri, tentu para pemimpin. Makin banyak panutan pasti makin baik. Program yang berkaitan dengan kampanye “bangga memakai buatan Indonesia” harus dikemas menarik agar diperhatikan
khalayak.

Terkait dengan kampanye itu keterlibatan aparat pemerintah menentukan. Pejabat atau pemimpin di daerah, termasuk lurah dan kepala desa, merupakan lingkaran yang biasanya, menjadi panutan. Kita percaya, pasti sudah banyak pejabat di daerah yang aktif menggelorakan gerakan cinta produk dalam negeri. Ini harus ditingkatkan.

Banyak produk dalam negeri yang menjadi unggulan. Pemerintah memang terus mengembangkan produk unggulan. Tiap wilayah atau desa punya unggulan, atau biasa disebut one village one product. Terbukti banyak produk daerah yang laris manis di negara orang.

Produk dalam negeri dilindungi pemerintah. Semisal, ekspor rotan sudah dilarang oleh pemerintah, karena dibutuhkan di dalam negeri. Perajin rotan kita membutuhkan bahan baku yang cukup untuk merealisasikan rancangannya, misalnya, perabotan rumah tangga dan atau mebel untuk perkantoran. Maka yang boleh diekspor barang jadi dari rotan.

Kini, pengembangan produk di tangan langsung para produsen. Lantaran itu, kualitas harus dijaga agar tidak kalah bersaing dari produk sejenis dari luar negeri. Dan yang juga penting, menjaga agar harga produk itu kompetitif atau murah. Banyak faktor penyebab harga tinggi. Ini yang harus dikurangi. Dalam hal ini produsen hendaknya berterus terang, apa saja yang menjadi beban atau cost, siapa tahu bisa dikurangi atau dilenyapkan.

Pendek kata, gerakan peningkatan penggunaan produk dalam negeri mesti terus digelorakan dari Sabang sampai Merauke. Pengembangan pasar di dalam negeri harus total, pada saat yang sama ekspor digenjot. Pilihan tepat adalah produk dalam negeri berjaya di rumah sendiri. (der)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS