Masih Layakkah Kutu Loncat Dipilih?

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Ilustrasi

Ilustrasi

TIDAK konsisten dan tidak bertanggungjawab kepada rakyat yang menggantungkan harapan kepada dirinya. Demikian kalimat singkat dari masyarakat mengomentari banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) saat ini yang meninggalkan tugas memperjuangkan nasib rakyat di Parlemen. Mereka lebih memilih memikirkan partai politik dibanding konstituen.

Seperti diketahui, sejumlah anggta dewan meninggalkan Parlemen dengan alasan berbeda-beda. Terakhir adalah Sekjend Partai Demokrat, Ibas yang mundur dari keanggotaan DPR. Alasannya, untuk fokus menjalankan tugas sebagai Sekretaris Jenderal di partai besutan ayahnya ketimbang tugasnya sebagai wakil rakyat.

Menurut dia, tugas partai akan menyita banyak waktu, pikiran dan energi sehingga ia khawatir tidak dapat menjalankan tugas di DPR dengan baik. Apalagi, Demokrat tengah dirundung masalah setelah elektabilitasnya terus terpuruk.

Sebelum Ibas sebenarnya tercatat sejumlah politisi telah hengkang lebih dulu dari DPR. Mereka adalah politisi Partai Golkar Idrus Marham. Awalnya, dia menjadi anggota Komisi II dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Selatan. Dia keluar lantaran ingin fokus mengurus partai setelah terpilih menjadi Sekjen Golkar.

Lainnya, Jeffry Geovani. Dia menjadi anggota Komisi I dari Fraksi Golkar mewakili Dapil Sumatera Barat I. Tapi dia kemudian memilih keluar karena loncat ke Partai Nasdem. Tiga politisi Golkar lainnya mengikuti langkah Jeffry masing-masing Enggartiasto Lukita (Komisi I dari Dapil Jabar), Malka Amin (Komisi V dari Dapil Sulawesi Selatan) dan Mamat Rahayu (Komisi IX dari Dapil Banten).

Dua politisi dari parpol berbeda, Akbar Faizal (dulu Partai Hanura, Komisi I dari Dapil Sulsel) dan Maiyasyak Johan (dulu PPP, Komisi I dari Dapil Sumut) juga memilih meninggalkan konstituen lantaran pindah ke Nasdem. Bahkan, tak sampai dua pekan di Nasdem, Maiyasyak loncat lagi ke Partai Golkar.

Tak hanya anggota, pimpinan DPR juga bersikap sama. Politisi Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta menanggalkan jabatan Wakil Ketua DPR. Awalnya, dia masuk ke DPR mewakili Dapil Sulsel. Anis lalu keluar dari Parlemen untuk fokus membenahi PKS sebagai Presiden PKS. Dia menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq yang terjerat kasus dugaan korupsi impor sapi.

Apapun alasan para wakil rakyat itu berpindah-pindah itu namanya telah mengesampingkan kepentingan rakyat dan mengutamakan kepentingan diri sendiri.

Statemen mereka saat berkampanye adalah lips service alias bohong. Kalau benar mereka mengutamakn kepentingan konstituen, mereka tidak akan mau meninggalkan Parlemen sebelum habis masa kerjanya.

Namun langkah yang tidak terpuji itu mereka lakukan hanya untuk mempertahankan kekuasaan di Parlemen dan tidak benar membela kepentingan rakyat. Padahal saat menjatuhkan pilihan, rakyat benar-benar menggantungkan harapan kepada mereka yang dipilih.

Tapi kalau begini jadinya, konstituen jelas dirugikan karena suara yang diberikan rakyat tidak dipertanggungjawaban hinga berakhir masa tugas lima tahun. Melihat kerugian demi kerugian yang akan diderita rakyat sebagai pemilih, muncul ppakah masih layakkah mereka yang hengkang itu dipilih jika mencalonkan kembali di Pileg 2014? Rasanya mereka tidak perlu dipilih lagi karena konstituen tidak dipikirkan.

Mereka-mereka yang suka hengkang dan keluar lalu pindah parpol adalah manusia yang hanya mendahulukan ambisi kekuasaan dengan mengkhianati kepercayaan konstituen yang telah memilih. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS