Manuara Siahaan Ajak Masyarakat Memutus Mata Rantai Penyebaran Intoleransi

Loading

FOTO BERSAMA – Usai diskusi, Jemaat HKI Resort Bogor foto bersama dengan Manuara Siahaan (duduk kemeja putih) didampingi Pdt Happy Pakpahan (memakai masker putih) -tubasmedia.com/sabar hutasoit

 

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Lahan paling subur menyemaikan intoleransi adalah dunia pendidikan. Di lahan subur inilah rasa permusuhan itu ditaburkan para pihak yang ingin memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa ini.

‘’Karena itu, dalam memasuki usia Republik Indonesia yang ke-77 tahun, mata rantai penyebaran intoleransi itu harus kita putus,’’ kata anggota DPRD DKI Jakarta, Ir Manuara Siahaan (Fraksi PDI Perjuangan) pada malam renungan 17 Agustusan di Gereja Huria Kristen Indonesia (HKI) Juanda, Depok, Selasa (16 Agustus 2022) malam.

Malam renungan menyongsong HUT Ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan tema “Toleransi Berbangsa, Bernegara dan Bermasyarakat demi Persatuan NKI” diselenggarakan majelis/jemaat HKI Resort Bogor. Panitia menampilkan Manuara Siahaan sebagai nara sumber tunggal yang dipandu moderator Sabar Hutasoit serta dihibur artis Batak, Frans Silaban dan Cortes Purba.

Mengawali ceramahnya, Manuara mempertanyakan kenapa masalah intoleransi di Indonesia belum selesai, malah cenderung tumbuh berkembang, padahal usia kemerdekaan bangsa ini sudah 77 tahun.

Dari hasil penelitian kata Manuara, hal itu bisa terjadi karena para pihak yang senang memecah-belah persatuan dan kesatuan, sering menggunakan dunia pendidikan sebagai lahan subur menyemaikan rasa permusuhan.

Benih-benih intoleransi tersebut mereka taburkan pada lahan subur dimaksud dan hasilnya, hingga kini rasa permusuhan yang mengancam kesatuan dan persatuan bangsa ini tetap tumbuh berkembang.

Manuara memberi contoh dari hasil penelitian, di beberapa sekolah di Jakarta seperti di SMAN 101, SMAN 58 dan SMPN 146, seluruh siswinya diwajibkan mengenakan atribut agama Islam seperti misalnya jilbab malah selama bulan puasa di sekolah tersebut seluruh siswa termasuk non-muslim diwajibkan mengenakan busana muslim. Selain itu, OSIS tidak dibenarkan dipimpin oleh siswa yang non-muslim.

‘’Ini sangat berbahaya dan tidak sesuai dengan motto persatuan dan kesatuan. Dan ini juga merupakan tindakan yang menggambarkan sikap anti toleran dan mengedepankan in-toleran,’’ jelasnya.

Tapi katanya, pihaknya sebagai wakil rakyat bersama dinas terkait, sudah melakukan pencerahan kepada sekolah yang anti toleran itu dan oknum-oknum guru penebar permusuhan tersebut sudah ditindak. Selanjutnya kata Manuara, sekolah yang dijadikan lahan pembibitan permusuhan perlu terus diawasi oleh pihak-pihak yang berwenang termasuk seluruh masyarakat dan para wakil rakyat di parlemen.

Sementara itu disebut, langkah lain untuk mengawal toleransi berbangsa, bernegara dan bermasyarakat adalah perlunya membangun relasi yang baik antarsesama tetangga dan lingkungan.

Hidupkan rasa gotong-royong dan masing-masing indifidu seharusnya berlomba mempertontonkan sikap positif sehingga indifidu-indifidu tampil menjadi tauladan. ‘’Dan yang terbaik, mari kita lakukan kerjasama, dialog dan gotong-royong sehingga kita akseptabel dimana kita berada,’’ katanya.

Tidak Agamis

Sementara itu, Praeses HKI Daerah XII, Jawa – Lampung – Bali, Pdt Happy Pakpahan STh dalam khotbahnya mengajak seluruh warga gereja agar kegiatan beribadah jangan dijadikan hanya seremonial untuk kepentingan diri sendiri. Warga gereja jangan egois tapi harus peduli sesama

‘’Apa artinya kita beribadah kalau ternyata kita tidak peduli kepada sesama dan apa artinya kita sudah merdeka jika kita masih senang menjajah dan membelenggu kebebasan pihak lain,’’ katanya.

Adalah pembodohan katanya jika kita taat dan setia beragama, tapi seiring dengan itu kita juga tetap setia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Misalnya korupsi, membunuh, narkoba dan sejenisnya.

Menurut Pdt Happy, saat ini tidak sedikit figur yang tampil mengenakan simbol-simbol agama akan tetapi sikap dan perangainya sama sekali tidak  sedikit-pun membersitkan perangai yang agamis. (sabar)

 

 

CATEGORIES
TAGS