Kereta Api, Moda Angkutan Darat Berkelanjutan

Loading

Oleh: Efendy Tambunan

ilustrasi

ilustrasi

CURAH hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi pada bulan Januari 2014 hampir merata di seluruh wilayah nusantara. Akibatnya, hampir seluruh wilayah perkotaan tergenang banjir. Kota Menado dan Jakarta merasakan dampak banjir parah.

Jalur Pantura sebagai urat nadi perekonomian di Pulau Jawa juga tergenang banjir yang cukup tinggi di beberapa lokasi dan mengakibatkan truk dan kendaraan lainnya tidak bisa menembus lokasi tersebut. Akibatnya terjadi kemacetan parah yang menganggu distribusi barang dan perjalanan penumpang.

Peristiwa banjir pada bulan yang lalu menyadarkan kita bahwa perubahan cuaca semakin ekstrim. Ketidakteraturan cuaca diduga karena deforestasi hutan dalam skala masif dan meningkatnya emisi gas buang dari kendaraan bermotor, pabrik dan rumah tangga.

Akhir akhir ini, banjir semakin tidak mengenal waktu dan menyebar merata di seluruh wilayah perkotaan. Masalah ini semakin sulit diatasi karena meningkatnya kegiatan manusia yang mengeksploitasi lingkungan dan menyebabkan daya dukung lingkungan menurun drastis.

Banjir

Perubahan landuse dalam skala masif menyebabkan ruang terbuka hijau menyusut drastis. Penyusutan resapan air tidak diimbangi dengan pembuatan sumur resapan dan biopori. Buruknya sistem drainase dan pembuangan sampah sembarangan mengakibatkan limpasan air dari wilayah permukiman dan bisnis ketika musim hujan tiba akan menggenangi badan jalan.

Menurunnya daya dukung lingkungan menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan. Akibat banjir, perjalanan dengan kendaraan umum atau pribadi menjadi suatu perjuangan yang melahkan dan akan berdampak langsung pada penurunan tingkat produktivitas kerja. Alhasil, mobilitas manusia semakin tidak nyaman dan kerugian akibat macet dan banjir semakin sulit di prediksi dan diukur.

Genangan air di badan jalan akan cepat merusak struktur jalan dan ikatan aspal. Beban statis dan repetisi kendaraan akibat macet dan tonase kendaraan yang melebihi daya dukung jalan turut mempercepat kerusakan badan jalan. Akhir-akhir ini, biaya pemeliharaan jalan semakin sulit diprediksi dan semakin mahal karena pengaruh seringnya macet dan banjir.

Sustainable Transportasi

Kereta api sebagai moda angkutan sudah lama tidak diminati masyarakat dan juga tidak mendapat prioritas pemerintah. Pembangunan jalan tol Cipularang dan penerbangan berbiaya murah mengakibatkan angkutan kereta api semakin merana. Alhasil, kereta api kalah bersaing dari segi waktu tempuh, harga tiket dan kenyamanan.

Kemacetan yang semakin parah di Jakarta dan jaringan jalan di Pulau Jawa yang tanpa mengenal waktu dan tempat mengakibatkan peningkatan waktu tempuh dan biaya angkut barang. Performa lalu lintas berbasis jalan raya semakin menurun.

Karena alasan tersebut diatas, transportasi berbasis rel di Jabodetabek dan di Pulau Jawa semakin diminati. Perjalanan dengan kereta api jarang terhalang banjir dan tidak pernah macet sehingga ketepatan waktu keberangkatan dan waktu tempuh sesuai dengan perkiraan.

Lintasan kereta api terhindar dari genangan banjir dengan sejumlah alasan. Pertama, lintasan rel kereta api dirancang dan dibangun dengan mempertimbangkan kondisi topografis dan geografis lingkungan. Kedua, pembangunan rel kereta api baru tidak memicu pertumbuhan permukiman dan bisnis di sepanjang lintasan rel baru. Artinya, kehadiran lintasan rel baru tidak mengubah peruntukan landuse di sepanjang rel tersebut.

Karena jalan raya rawan macet dan banjir khususnya di wilayah Jabodetabek, akhirnya pemerintah memprioritaskan pembangunan transportasi penumpang dan barang berbasis kereta api. Upaya yang dilakukan antara lain: 1) pembenahan sistem kereta api, 2) sterilisasi stasion kereta api, 3) penambahan jumlah gerbong dan 4) pembangunan double double track Jakarta-Cikampek. Pembangunan transportasi ini diharapkan akan menambah kenyamanan, keamanan, headway dan mempersingkat waktu tempuh perjalanan di wilayah Jabodetabek.

Upaya lainnya adalah pembangunan rel ganda Jakarta-Surabaya yang masih berjalan di Pantai Utara. Pembangunan ini diharapkan mempersingkat waktu tempuh perjalanan Jakarta-Semarang-Surabaya. Dengan demikian, waktu tempuh perjalanan dari point ke point dari Jakarta ke Semarang tidak lagi berbeda jauh dengan transportasi udara sehingga prospek transportasi berbasis kereta api semakin cerah. Alhasil, angkutan kereta api dapat bersaing dengan angkutan udara.

Mengingat peran transportasi berbasis rel kereta api sangat strategis dan prospek, pemerintah seharusnya juga mambangun jaringan rel kereta api Trans Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Untuk wilayah perkotaan, pembangunan rel kereta api di diarahkan ke tram atau subway. Demikian juga transportasi berbasis rel harus terintegrasi dengan jalan raya dan bandara.

Subsidi BBM yang mendekati tiga ratus triliun rupiah dapat dikurangi dan dialihkan sebahagian ke pembangunan transportasi berbasis rel. Untuk itu, dibutuhkan pemimpin baru yang berani, visioner, dan memperoleh legitimasi kuat dari masyarakat. ***

(Dosen Teknik Sipil UKI)

CATEGORIES
TAGS