Kemenperin Terus Laksanakan Pembangun Industri Nasional

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

BERBINCANG - Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat (tengah) berbincang dengan Ketua Komisi VI DPR RI Airlangga Hartarto (kanan) disaksikan Ketua KADIN Indonesia Suryo Bambang Sulisto (kiri) di sela-sela Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014 di Jakarta, 6 Februari 2014. (tubasmedia.com/sabar hutasoit)

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Dalam rangka menapaki tahun 2014 yang penuh tantangan dan masih adanya ketidakpastian ekonomi global, Kementerian Perindustrian akan terus melaksanakan pembangunan industri nasional.

Hal itu dikatakan Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam sambutannya di Raker Kemenperin 2014, di Jakarta, Kamis. Dia mengharapkan Raker Kemenperin 2014 yang berlangsung di Hotel Borobudur Jakarta, 5-7 Februari 2014 dapat menjadi ajang menyamakan persepsi dan sinergi, baik antar-instansi pemerintah maupun dengan pelaku usaha.

“Raker ini diharapkan menjadi upaya menyamakan persepsi dan saling bersinergi, dalam rangka menghadapi berbagai tantangan dan agenda pembangunan industri nasional,” kata MS Hidayat.

Sasaran utama 2014 katanya antara lain pertumbuhan industri pengolahan non-migas sebesar 6,4-6,8 persen, penyerapan tenaga kerja sektor industri sebanyak 400 ribu orang, meningkatnya ekspor sektor industri hingga mencapai 125 miliar dolar AS, serta investasi PMA sebesar 14 miliar dolar AS dan investasi PMDN sebesar Rp50 triliun.

Dia mengatakan untuk mencapai sasaran pembangunan industri tahun 2014 tersebut sebagai bagian dari pembangunan industri nasional jangka panjang, diperlukan upaya yang maksimal.

“Terlebih di tengah kondisi transaksi berjalan (current account) sektor industri yang masih defisit disebabkan oleh impor yang cenderung meningkat berupa impor bahan baku dan barang modal untuk industri,” katanya menambahkan tahun ini merupakan tahun terakhir tahapan pembangunan jangka menengah nasional 2009–2014 serta persiapan menuju periode pembangunan jangka menengah berikutnya.

Ia mengulas, visi pembangunan industri adalah menjadikan Indonesia sebagai negara industri tangguh dunia tahun 2025, sedangkan sasaran jangka menengah 2014 adalah pemantapan daya saing basis industri manufaktur berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan.

“Upaya mencapai visi itu dijalankan melalui antara lain mendorong peningkatan nilai tambah industri, perluasan pasar domestik dan internasional, mendorong industri jasa pendukung, penguasaan teknologi industri, penguatan struktur industri, penyebaran industri ke luar Pulau Jawa serta mendorong peran industri kecil dan menengah terhadap PDB,” kata dia.

Menurut Menperin, pembangunan industri nasional hingga saat ini telah mencapai kemajuan sangat berarti. Setelah sempat mengalami periode penurunan kinerja akibat dampak krisis ekonomi global 2007–2009, Industri pengolahan non-migas mampu tumbuh dan berkembang signifikan.

“Pertumbuhan industri pengolahan non-migas secara kumulatif hingga triwulan III 2013 mencapai 6,22 persen, atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi periode yang sama sebesar 5,83 persen,” kata dia.

Sedangkan cabang-cabang industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi antara lain, industri logam dasar besi dan baja sebesar 10,30 persen, industri alat angkut, mesin dan peralatan sebesar 10,04 persen, industri barang kayu dan hasil hutan lain sebesar 8,20 persen serta industri tekstil, barang kulit dan alas kaki sebesar 6,02 persen.

“Pertumbuhan industri pengolahan non-migas yang cukup tinggi itu ditopang tingginya investasi di sektor industri serta konsumsi dalam negeri, sehingga memberikan optimisme bahwa di tengah masih lemahnya pasar ekspor di negara-negara mitra utama, perekonomian kita masih tetap tumbuh dengan industri sebagai salah satu penggeraknya,” kata dia.

Sementara itu kontribusi sektor industri pengolahan non-migas mencapai 20,57 persen dari total PDB nasional, yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya. Nilai ekspor industri non-migas pada Januari-November 2013 mencapai 103,02 miliar dolar AS atau memberikan kontribusi sebesar 62,22 persen dari total ekspor nasional.

“Meskipun impor produk industri masih lebih tinggi dari ekspor, defisit neraca perdagangan industri telah ditekan dari 21,64 miliar dolar AS Januari–November 2012, menjadi 18,03 miliar dolar AS pada Januari–November 2013,” tuturnya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS