Kembangkan Industri Manufaktur Butuh Dukungan Kementerian Terkait

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

PEMAPARAN - Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri, Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR), Erzi Agson Gani, sedang memaparkan makalahnya-tubasmedia.com/sabar hutasoit

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Untuk mengembangkan industri manufaktur berbasis teknologi maju ke depan, diperlukan dukungan dari kementerian dan lembaga terkait lain, dimana bentuknya satu sinergi yang kuat dengan menghilangkan kepentingan dari masing-masing kementerian.

Di sisi lain, untuk mengoptimalkan sinergi yang kuat tersebut, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) harus mengambil peran yang lebih aktif lagi sebagai dirigen orchestra dalam pengembangan industri nasional.

“Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) siap berperan dan memberikan kontribusi secara aktif sesuai dengan tupoksi dan kompetensinya dengan seluruh eleman bangsa lain,” kata Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Industri, Rancang Bangun dan Rekayasa (TIRBR), Erzi Agson Gani, pada seminar ‘Sinergi Pengembangan Industri melalui Penerapan Teknologi Manufaktur’, yang diadakan di Solo Techno Park (STP), Surakarta, Kamis (24/4).

Seminar nasional juga menampilkan pembicara Kepala Pusat Pengkajian Teknologi dan Hak Kekayaan Inteletual (HaKI), Badan Pengkajian Kebijakan, Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) Kemenperin, Zakiyudin. Direktur Pelayanan dan Pengembangan STP Gampang Sarwono dan Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian (IPAMP) Teddy C Sianturi sebagai moderator.

Sementara itu, seminar dibuka Walikota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo dan Direktur Industri Maritim, Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) Hasbi Assiddiq Syamsuddin membacakan sambutan Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi.

Menurut Erzi, Kemenperin harus mengambil momentum dengan lahirnya UU No 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan dan UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, yang di dalamnya mengamanatkan optimalisasi pemanfaatan teknologi industri. Terutama dalam teknologi rancang bangun dan rekayasa.

Pasalnya, Indonesia sebagai 16 besar kekuatan ekonomi dunia, tapi industri manufakturnya belum berkembang secara baik. Hal itu ditandai dengan masih rendahnya daya saing, kemandirian dan belum kuat dan dalamnya struktur industri.

“Untuk itu, perlu langkah strategis untuk mengatasi hal ini, di antaranya dengan mengoptimalkan teknologi rancang bangun dan rekayasa lewat keharusan saling bersinergi bersama seluruh komponen bangsa. Dimana Kemenperin menjadi dirigen orchestra dalam pengembangan industri tersebut,” tekan Erzi.

Pada kesempatan itu, Budi Darmadi menjelaskan, kemampuan industri dalam mengembangkan dan menerapkan teknologi akan mempengaruhi daya saing produk yang dihasilkan. Namun, daya saing produk nasional masih perlu mendapatkan perhatian dan secara sistematis harus ditingkatkan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan ekonomi Indonesia.

“Pada beberapa kasus, kegagalan pengelolaan industri dalam pengembangan teknologi telah menyebabkan penurunan produktivitas. Hal itu pernah terjadi pada industri andalan tekstil dan produk tekstil (TPT). Karena, teknologi produksi yang digunakan sudah usang, sehingga memerlukan peremajaan sesuai dengan perkembangan dan sentuhan teknologi,” ungkap Budi. (sabar)

CATEGORIES

COMMENTS