Kebrutalan di Negara Pancasila

Loading

Ilustrasi

Ilustrasi

SEORANG siswa sebuah sekolah dasar menyatakan Pancasila bukan untuk dihafal, namun untuk diamalkan. Pancasila itu kata si anak tersebut akan lebih berdaya guna jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dibanding kalau hanya sekedar dihafal.

Menghafal butir-butir Pancasila, masih kata si anak kecil tadi tidak akan ada manfaatnya, baik bagi siapa saja yang menghafal apalagi bagi bangsa dan negeri tercinta ini. Hanya menghafal butir-butir Pancasila tanpa diikuti dengan pengamalan, khususnya dalam kehidupan sehari-hari, katanya sama saja dengan sebuah kendaraan yang melaju tanpa kemudi.

Baru saja diperingati 66 tahun peristiwa Ir Soekarno yang mencetuskan Pancasila yang diikuti sejumlah petinggi negeri ini beserta para mantan presiden dan mantan wakil presiden. BJ Habibie dalam pidatonya mempertanyakan keberadaan Pancasila sekarang ini. Sementara itu Ketua DPR Marzuki Ali menyatakan Pancasila sejak reformasi, terpinggirkan dalam kehidupan bangsa. Untuk itu dia melihat saat ini banyak perilaku rakyat Indonesia yang tidak sesuai Pancasila.

Ada baiknya memang acara peringatan kali ini. Namun perlu dipertanyakan, peringatan semacam ini apakah bertujuan agar yang diperingati berakar dan membumi di dalam aspek kehidupan masyarakat khususnya bagi para pemangku kepentingan. Tidak jarang, acara serupa hanya seremonial dan bisa-bisa hanya sekedar ritual semata tanpa membumi.

Kembali kepada apa yang dikatakan si anak kecil tadi, jika hanya dihafal dan dirayakan saja, sama sekali tidak ada artinya, bahkan sia-sia dan buang-buang energi dan biaya yang cukup besar nilainya. Janganlah larut dalam proyek pencitraan.

Lihat saja kehidupan di negeri ber-Pancasila ini, sikap dan perangai banyak pihak, yang amat brutal. Baik itu di kalangan legislatif, pelajar, artis, geng-geng narkoba dan pengurus olahraga diwarnai dengan kekerasan demi kekerasan yang terus merajalela. Juga pembiaran kasus lumpur Lapindo yang telah menyengsarakan ribuan warga.

Tawuran antaranak-anak sekolah yang sudah merebak hingga ke anak-anak antarkampung, penembakan petugas keamanan, perlindungan terhadap pelaku koruptor, perdebatan antarpolitisi dengan mengeluarkan kata-kata kotor dan kalimat yang tidak santun, sangatlah memalukan.

Belum lagi permusuhan dan kebencian sesama warga hanya karena perbedaan keyakinan dan atas nama agama tidak jarang terjadi pembunuhan di negeri yang berlandaskan Pancasila ini. Pancasila mengajarkan kepada kita agar saling menghormati, saling menghargai dan jangan saling membenci.

Maka itu kembali kepada apa yang dipesankan anak sekolah dasar tadi, Pancasila sebaiknya kita amalkan di setiap gerak kehidupan kita. Kalau pun terdapat perbedaan di antara sesama warga negeri ini, jadikanlah perbedaan itu merupakan kekayaan kita.

Dan ingat, perbedaan adalah bahan baku untuk menciptakan persatuan. Biarlah kita berbeda dalam persatuan tapi tetap bersatu dalam perbedaan. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS