Jangan Hanya Begal Jalanan, Begal Demokrasi Juga Harus Ditembak Mati

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Penumpasan begal dengan tembak mati seperti yang diusulkan Walikota Medan, Bobby Afif Nasution mendapat reaksi yang berbeda-beda. Ada yang setuju namun tidak sedikit juga yang menentang dengan bersembunyi di balik HAM (hak azasi manusia) dan sebagainya, namun tidak merasakan betapa sadisnya jika kelompok begal sudah melancarkan aksinya, membunuh sadis para korbannya dan kemudian merampas harta korban.

Akan tetapi, ketika ada langkah dan sikap tegas membasmi para begal, sebut saja dengan aksi “tembak mati” di tempat, suara-suara sumbang menjadi berseliweran dan terkesan melupakan penderitaan para korban-korban begal yang sangat sadis itu.

Merespon sikap pro dan kontra dari berbagai pihak terhadap aksi tembak mati begal, Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas), Sutrisno Pangaribuan kepada tubasmedia.com di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa agar hukuman itu berlaku adil dan fair, aksi tembak mati kepada begal, jangan hanya ditujukan kepada ‘’begal jalanan’’.

‘’Yang paling parah adalah ‘’begal demokrasi’’ dan agar fair dan adil, para ‘’begal demokrasi’’ itu juga harus ditembak mati,’’ kata Sutrisno.

Menurutnya, maraknya ‘’begal jalanan’’ adalah akibat perilaku para pemimpin politik yang ingkar janji, tidak memenuhi visi, misi dan program politik yang dijanjikan menjadi salah satu penyebab maraknya begal.

‘’Kelakuan pemimpin politik yang suka berbohong dan tidak mampu dan tidak mau memenuhi harapan publik, telah memancing kemarahan anak-anak muda yang kehilangan harapan. Maka lahirlah begal jalanan,’’ katanya.

Aksi ‘’begal jalanan’’ adalah sebagai ekspresi putus asa dari anak-anak muda yang kehilangan harapan akibat putus sekolah, pengangguran, kemiskinan. ‘’Para begal mengambil jalan pintas melakukan begal sebab para pemimpin politik tidak memenuhi janjinya untuk membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya,’’ tambahnya.

Inti sarinya kata Sutrisno mengatasi begal jalanan harus dicari akar masalah yakni tuntaskan kesenjangan ekonomi. Pasalnya para pelaku ‘’begal jalanan’’ marah karena ada orang dengan mudah mendapatkan uang dan kemewahan, sementara banyak orang lain yang susah untuk sekedar makan. .

Memicu Kemarahan

Selanjutnya dikatakan, kekuasaan politik yang hanya berada pada sekelompok orang, baik keluarga, maupun kelompok politik lainnya, juga punya peran memicu dan memacu kemarahan kolektif masyarakat. ‘’Maka begal salah satu bentuk ekspresi kemarahan anak-anak muda yang tidak mampu bermimpi karena telah dibunuh oleh kekuasaan politik oligarki,’’ lanjutnya.

Karena itu menurut Sutrisno, para pelaku politik uang dalam perebutan kekuasaan politik baik pilpres, pileg, pilkada adalah ‘’begal demokrasi’’. ‘’Mereka membunuh harapan dan kesempatan anak-anak muda miskin yang tidak mampu masuk politik karena tidak memiliki uang. Maka tindakan tembak mati justru harus dilakukan kepada capres/ cawapres, caleg, cakada/ cawakada. Semua pelaku politik uang dalam pemilu harus ditembak mati,’’ tegasnya.

Aksi tembak mati menurutnya juga harus diberlakukan pada semua pejabat di semua tingkatan baik legislatif, eksekutif dan yudikatif yang terbukti melakukan korupsi.

‘’Begal uang negara adalah kejahatan yang membunuh harapan anak-anak muda, maka harus ditembak mati,’’ ujarnya. (sabar).

 

CATEGORIES
TAGS