Jangan Abaikan Industrialisasi

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

TIDAK satu pun yang sanggup menjadi negara berpendapatan tinggi, tanpa mencapai industrialisasi. Negara-negara berpendapatan rendah di Asia harus fokus mengembangkan sektor manufaktur, karena pada gilirannya akan menghasilkan lapangan kerja jasa berkualitas tinggi serta meningkatkan produktivitas pertanian.

Inilah cuplikan pendapat yang dikemukakan oleh Kepala Ekonom Asian Development Bank (ADB) Changyong Rhee di Singapura, beberapa hari yang lalu, dan dimuat oleh beberapa media nasional. Sepakat tidak sepakat, Indonesia memang harus melakukannya dengan berhasil. Dan salah satu yang patut dikembangkan dan cocok dengan kondisi geografis di negeri ini adalah pengembangan sektor agrobisnis/agroindustri.

Konsep ketahanan pangan tampaknya harus dibangun dengan pendekatan pengembangan agrobisnis/agroindustri. Kita kutip kembali pandangan pakar ekonomi pertanian Prof. Dr. Bungaran Saragih, yaitu agrobisnis mencakup agrobisnis hulu, primer, hilir dan jasa penunjang. Kegiatan hulu terdiri dari kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi pertanian. Agrobisnis primer mencakup kegiatan yang menggunakan sarana produksi pertanian (saprotan) untuk menghasilkan komoditas primer, seperti tanaman pangan, kebon, ternak, dan ikan.

Agribisnis hilir mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan antara atau produk olahan akhir dan sistem perdagangannya. Sementara jasa penunjang terdiri dari sistem perbankan, transportasi, litbang, dan kebijakan pemerintah. Sayangnya, pandangan ini “diabaikan”, sehingga justru negara lain, seperti Thailand, yang berhasil menerapkan konsep tersebut. Kita menjadi importir bahan pangan, karena kita gagal menjalankan kebijakan pengembangan agrobisnis dan agroindustri.

Sementara itu, negara yang berhasil seperti Thailand, akhirnya sukses menjadi salah satu negara di ASEAN yang menjadi eksportir bahan pangan. Kali ini, Indonesia harus memulainya kembali, dan pemerintah harus memberikan dukungan penuh melalui instrumen kebijakan dan progam yang lebih terpadu. Pembangunan industri dan pertanian akan menjadi faktor kesungguhan pemerintah dalam mendorong produktivitas dan daya saing nasional.

Kemandirian Pangan

Aviliani mengatakan, Indonesia harus berhasil membangun kemandirian pangan, karena investasi di sektor tersebut tidak ada matinya. Sesuai dengan semangat konstitusi yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945, maka pemerintah harus juga mendorong tumbuhnya sektor industri kecil menengah (IKM) yang sehat, kuat, dan berkembang.

Sektor IKM harus dibangun sebagai basis industri nasional yang sehat agar mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan yang berskala besar. Sektor ini harus diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing, mampu berkontribusi maksimal ke dalam perubahan struktural perekonomian nasional. Industrialisasi memerlukan adanya enterpreneurship yang merupakan elemen pokok inovasi dan merupakan motor penggerak industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi.

Wiraswasta hanya bisa ditambah jika ada potensi penduduk yang berbakat dan memilki kemampuan menjadi wiraswasta. Ada rangsangan untuk melakukan inovasi, dan ada dukungan iklim yang memungkinkan untuk merealisasikan potensi kewiraswastaan tersebut melalui kreasi dan inovasi. Rasanya, ke depan pemerintah harus memberikan dukungan penuh untuk membuat satu paket kebijakan yang komprehensif untuk membangun sektor industri (industri kecil, menengah, dan besar) yang basis utama adalah sektor IKM serta sektor pertanian dengan basis utama pengembangan agrobisnis dan agroindustri dalam satu tatanan konsep yang utuh.

Kalau di kedua sektor ini kuat, maka Indonesia akan menjadi bangsa yang akan memilki ketahanan ekonomi yang strukturnya kokoh. Dan jika berhasil, maka Indonesia akan naik kelas, karena bisa membebaskan diri dari jebakan perangkap negara berpendapatan menengah (midlle income trap). ***

CATEGORIES

COMMENTS