Ingin Kuat, Bangunlah Kekuatan

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

RASANYA hampir tidak ada yang tidak setuju dengan dalil tersebut. Namun kalau ada sah-saha saja walau aneh kelihatannya. Menjadi kuat dalam konteks ini dapat mencakup di hampir seluruh aspek kehidupan. Kuat secara material, spiritual dan emosional. Kuat secara ekonomi, politik, militer dan kebudayaan.

Namun untuk bisa menjadi kuat, tidak cukup hanya dengan makan dan tidur, menunggu durian runtuh saja, tapi harus dibangun, dirancang, diniatkan dan kemudian dikerjakan. Kuat dalam kontek kehidupan manusia dan kemanusiaan adalah sebuah peradaban, bukan kebiadaban. Percaya tidak percaya, kalau Indonesia di masa depan diproyeksikan menjadi negara yang besar secara ekonomi seperti halnya China, India, Rusia dan Brasil. Ingin menjadi negara yang besar, apakah otomatis?

Mari kita cari jawaban masing-masing. Sebagai pengharapan tentu kita menghendaki mendapatkan dua-duanya, yakni menjadi negara dan bangsa yang besar, sekaligus juga kuat. Besar dan kuat supaya tidak rapuh dan cengeng dan tidak mudah diterjang badai dan ombak.Yang pasti, untuk dapat menjadi besar dan kuat harus berproses dan tidak ada yang instan.

Pemikiran, hati dan motivasi kita sebagai bagian dari bangsa harus didedikasikan ke arah terbentuknya negara dan bangsa Indonesia yang kuat dan besar. Kalau negara dan bangsa lain melihat dan memproyeksikan negara dan bangsa kita akan menjadi kuat dan besar, maka sikap kita yang paling bijaksana adalah bersyukur dan semua akan terjadi karena pasti ada tangan Tuhan yang menyertainya.

Kita wajib mempercayainya. Sebagai warga negara biasa, proyeksi tersebut dapat dipercaya karena negeri ini mendapat limpahan karunia Tuhan yakni sumber daya alam yang melimpah dan banyak ragamnya. Selain itu, kita juga mendapatkan anugrah yang lain berupa iklim tropis sehingga kita mendapatkan penyinaran matahari yang cukup sebagai daya dukung bagi kehidupan.

Wajar kalau kita diperkirakan akan menjadi bangsa yang kuat dan besar. Kita harus yakin dengan itu, karenanya sumber-sumber kekuatan tersebut harus kita bangun agar bangsa dan negara ini benar-benar menjadi kuat.

Kuat dan besar sebagai kekayaan nasional, bukan menjadi sumber kekayaan bangsa lain. Ini yang harus menjadi visi dan misi kita bersama, yaitu membangun kekuatan sebagai suatu proses yang harus kita kerjakan sama-sama sebelum kita benar-benar menjadi kuat.

Demokratisasi dan desentralisasi di bidang politik harus menjadi alat yang efektif untuk membangun kekuatan bangsa dan negara. Keduanya tidak boleh “disalahgunakan” untuk sekedar gagah-gagahan dan bahkan disalahgunakan untuk kepentingan pragmatisme sempit dan transaksional. Sekarang saat yang tepat untuk melangkah, berkarya dan berprestasi untuk setahap demi setahap untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita kita bersama sebagai bangsa.

Proses untuk membangun kekuatan harus dapat dikelola dengan baik. Ada banyak pantangan dan tindakan buruk yang harus dijauhi yakni korupsi, culas, sombong, merasa paling pinter sendiri dan mengabaikan nilai moral dan agama. Menjadi kuat dan membangun kekuatan bukan hanya sekedar untuk membuat benteng pertahanan diri dan menyerang pihak lain untuk mengambil manfaat bagi kepentingannya sendiri.

Menjadi kuat dalam konteks manusia dan kemanusiaan, hakekatnya adalah agar dapat tercipta kehidupan yang harmonis dimana yang kuat bisa membantu dan melindungi yang lemah, bukan memusuhi, mengeksploitasi dan merampas sumber daya potensial untuk kepentingan yang kuat. Oleh karena itu,dasar-dsarnya untuk menjadi kuat dalam konteks proses pembangunannya harus mengacu kepada nilai-nilai yang ada dalam agama, nilai budaya luhur dan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Landasan ini dalam praktek, keselarasannya harus terjaga dan terkelola agar kedamaian dan ketentraman hidup manusia sejagad tidak terganggu karena faktor keculasan dan keserakahan dan “cenderung” bersifat eksploitatif”.

Menjadi kuat adalah sesuatu yang relatif dan tidak ada yang mutlak bahwa kalau sudah kuat berarti segala-galanya. Di balik kekuatan pasti ada kelemahan dan dalam konteks kemanusiaan, kelemahan tersebut tidak boleh dijadikan sebagai “pintu masuk” untuk mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan kelemahan pihak lain, meskipun dalam manajemen strategik, hal itu lazim digunakan.

Pelajaran berharga yang ingin disampaikan melalui pandangan ini dapat disimpulkan bahwa semua kita ingin menjadikan diri kita kuat agar dalam konteks kehidupan manusia dan kemanusiaan, kita dapat membantu yang lain dengan tujuan supaya pihak yang lain mendapatkan hak yang sama untuk menjadi kuat dan kemudian seterusnya mereka kita harapkan dapat membantu bagi yang belum kuat.

Membangun kekuatan adalah prasyarat yang harus dipenuhi yang antara lain setiap manusia harus sehat jasmani dan rohani. Sehat pikiran dan tindakannya, beriman, berilmu, berkarya, berprestasi, bersahabat, bekerjasama dan saling membantu.

Mengapa harus demikian? Karena yang akan kita cari adalah agar hidup kita ini kuat di dunia dan di alam sesudah kita mati. Kuat secara material dan spiritual dibarengi dengan membangun kekuatan secara material dan spiritual.***

CATEGORIES

COMMENTS