Industri Otomotif Indonesia akan Ungguli Thailand

Loading

Laporan: Redaksi

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat, Ditjen IUBTT Kementerian Perindustrian, Yan S Tandiele

Direktorat Industri Alat Transportasi Darat, Ditjen IUBTT Kementerian Perindustrian, Yan S Tandiele

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Industri otomotif Indonesia tidak sulit tampil menjadi industri yang diperhitungkan di tingkat dunia. Bahkan dalam waktu dekat, Indonesia akan mengungguli posisi Thailand yang saat ini untuk pasar Asean, Indonesia menduduki posisi nomor dua terbesar setelah Thailand.

Demikian Kasubdit Industri Komponen, Direktorat Industri Alat Transportasi Darat, Ditjen IUBTT Kementerian Perindustrian, Yan S Tandiele memulai obrolan dengan tubasmedia.com di ruang kerjanya, pekan silam.

Saat wartawan tubasmedia.com, Sabar Hutasoit tiba di kantornya, Yan (panggilan akrabnya) sedang rapat dengan seluruh stafnya. ‘’Sebentar ya bang,’’ sahutnya dari ruang rapat menyambut tamunya. ‘’Ini rapat rutin dengan staf yang hampir setiap pagi kami lakukan,’’ katanya menjelaskan.

Sebagai abdi negara yang mendapat kepercayaan mengembangkan industri komponen otomotif, jebolan Universitas Hasanuddin dan penyandang gelar S2 Teknik Industri dari negeri Sakura, Jepang ini, langsung mengajak tubasmedia.com berdiskusi sekitar pengembangan industri otomotif di dalam negeri.

‘’Ya benar, Indonesia tidak sulit menjadi negara yang diperhitungkan di sektor industri otomotif. Ini bukan khayalan, tapi prediksi yang didukung data-data yang kuat. Kita punya kekuatan dan keunggulan untuk menjadi negara industri otomotif yang tangguh,’’ katanya penuh optimis.

Paling tidak katanya, ada empat faktor pendukung prediksi tersebut. Pertama, Indonesia sebagai negara berpenduduk 200 juta-an jiwa adalah merupakan pasar yang potensial untuk dijadikan sasaran penjualan produk.

Kondisi ini adalah salah satu unggulan Indonesia dibanding Thailand misalnya. Bukan hanya itu, income per kapita rakyat Indonesia-pun secara rata-rata semakin membaik yang artinya, rasio kepemilikan kendaraan bagi masing-masing keluarga Indonesia akan semakin kuat.

‘’Potensi pasar semacam ini seharusnya merupakan satu kekuatan yang bisa dijadikan sebagai basis untuk mengembangkan industri otomotif yang lebih berdaya saing,’’ kata ayah dari tiga putra hasil pernikahannya dengan sang isteri, Oktopina.

Kedua, katanya, Indonesia punya infrastruktur pendukung berupa industri perakitan sekitar 20 unit usaha ditambah lagi dengan industri komponen sekitar 1.500 unit usaha. Angka ini menurut Yan memang masih kurang dan mendesak ditambah. Thailand yang kini memproduksi 2,5 juta unit kendaraan bermotor setiap tahun memiliki lebih dari 2.000 unit usaha industri komponen, sementara Indonesia baru memproduksi 1,1 juta unit kendaraan bermotor roda empat.

Namun apapun itu, katanya, infrastruktur yang sudah Indonesia miliki adalah merupakan kekuatan yang patut dibanggakan, kendati kekuatan itu masih perlu dimaksimalkan. Dua faktor di atas katanya, sudah sangat layak memposisikan Indonesia sebagai negara yang patut dijadikan basis industri otomotif berdaya saing.

Yan mengibaratkan Indonesia bagaikan gadis cantik yang dilirik banyak orang. Namun secantik apapun gadis itu, jika tidak dirawat, kecantikan bisa pudar lalu ditinggalkan penggemarnya.

Perlu Perawatan

Demikian juga Indonesa, sehebat apapun daya saingnya, perlu dirawat dan untuk merawatnya perlu faktor ketiga yakni kebijakan yang berpihak kepada investasi. Investasi dimaksud sangat dibutuhkan untuk membangun industri otomotif nasional berkelanjutan dan berdaya saing sekaligus mewujudkan Indonesia menjadi salah satu pusat produksi otomotif dunia.

‘’Menurut kami, harus ada kebijakan yang berpihak kepada arus investasi dan investasi akan mengalir sendirinya jika tampilan gadis cantik tadi tetap terawat dan dibuat tampil beda dengan negara lain,’’ katanya.

Thailand lanjutnya menawarkan sejumlah perangsang kepada para calon investor yang disimpulkan sebagai kemudahan dan kemudahan investasi itu teramat penting dan rasanya wajar jika investor menuntut hal-hal tersebut.

Insentif yang diberikan pemerintah Thailand sangat merangsang investor untuk berinvestasi di sana. Nah, apa salahnya jika Indonesia juga memberikan insentif dan kita tambahin lagi dengan jaminan keamanan dan politik yang kondusif serta kemudahan memperoleh sumber daya manusia (SDM).

‘’Kata kuncinya adalah beri kenyaman kepada si investor dan urusan administrasi serta perizinan jangan sampai berbelit-belit, jangan ada pungutan-pungutan liar,’’ tegasnya.

Faktor ketiga yang diutarakan Yan adalah tentang menjaga keselamatan lingkungan dengan cara mengembangkan teknologi ramah lingkungan. Isu ramah atau keselamatan lingkungan kini sudah menjadi isu sentral di seluruh dunia sehingga bagaimana-pun, Indonesia harus menguasainya dan keempat adalah nilai tambah.

Di bagian lain obrolannya, Yan menyatakan seluruh pemangku kepentingan di negeri ini wajib hukumnya mengawal Indonesia agar potensi pasar yang begitu luas dan besar jangan sampai orang lain yang menikmatinya.

Jangan kita biarkan pasar kita dibanjiri produk luar. Pengamanan pasar dalam negeri, khusus untuk otomotif harus ditingkatkan melalui produk yang sesuai segmen pasar yang terjangkau serta sesuai dengan kebutuhan rakyat. ‘’Seiring dengan itu, tentunya mutu produk-produk lokal pun harus terus ditingkatkan,’’ lanjut Yan. ***

TAGS

COMMENTS