Industri Komponen Otomotif Jajaki Ekspor

Loading

Laporan: Redaksi

Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia, M. Kosasih

Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia, M. Kosasih

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Pemerintah dan institusi terkait diharapkan lebih menumbuhkembangkan keberpihakan pada industri komponen otomotif dalam negeri, terutama menyangkut pengadaan material (bahan baku), teknologi, pengendalian impor, penerapan standar industri nasional, dan perbankan. Berkembangnya industri otomotif akan menyerap lebih banyak tenaga kerja, sebagai salah satu penghela pertumbuhan ekonomi. Apalagi, kini tengah dijajaki pasar ekspor.

Ketua Koperasi Industri Komponen Otomotif (KIKO) Indonesia, M. Kosasih, dalam wawancara khusus dengan tubasmedia.com di Jakarta, pekan lalu, mengatakan, pertumbuhan industri otomotif di dalam negeri, belakangan ini, khususnya sejak 2010, mendorong berkembangnya industri komponen di beberapa tempat.

Oleh karena itu, konsistensi pada pemajuan industri dalam negeri, sebagai produsen otomotif, akan lebih mendorong industri komponen berkembang. “Meningkatnya produk mobil meningkatkan pula produksi komponen,” katanya.

Ia mengemukakan, selama ini sebanyak 80 persen produk industri komponen di Indonesia diserap oleh produsen otomotif sebagai pasar original equipment manufacturer (OEM) . Sedang yang 20 persen lagi dipasarkan sebagai suku cadang ke pasar bebas yang disebut after market (AM). Sebagai contoh, Kosasih menyebutkan, untuk memproduksi 8 juta sepeda motor setiap tahun dibutuhkan sekitar 40 juta komponen.

Dikemukakan, keberpihakan pada produk dalam negeri dalam bentuk penerbitan regulasi serta pengadaan industri bahan baku sangat penting sebagai bentuk jaminan untuk pengembangan industri komponen otomotif. Kekurangan bahan baku (material), terutama baja, menjadi salah satu masalah yang dihadapi industri komponen otomotif, hingga saat ini.
Ia juga berpendapat, sumber daya alam kita mampu menyiapkan bahan mentah untuk industri baja dan industri-industri.

Oleh karena itu, koperasi yang dipimpinnya terus memberikan advokasi untuk kepentingan anggota dan disalurkan kepada pihak yang berkepentingan. Peranan koperasi hanya sebatas memberikan advokasi, dan kemudian berharap pihak yang berwenang mengabulkannya, kata Kosasih.

Dikemukakan, sekitar 60 persen bahan baku industri komponen masih diimpor. Jika masalah bahan baku ini dapat diselesaikan, Kosasih yakin, industri komponen akan lebih lebih cepat berkembang dengan kualitas produk yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebelumnya, ia menjelaskan, empat “jenis” komponen otomotif, yakni produk OEM, genuine, imitasi, dan lokal.

Dikatakan, pembenahan secara berkesinambungan proses standar industri nasional (SNI) dan pengendalian impor komponen otomotif, juga menjadi harapan KIKO. Kualitas produk lokal dapat dijamin. Pelatihan pelaku industri komponen, baik di dalam maupun luar negeri, sering diselenggarakan untuk memastikan terjaganya kualitas dan konsistensi penerapan pengawasan kualitas.

Posisi di ASEAN

Menjawab pertanyaan mengenai posisi industri komponen Indonesia dalam lingkup Perhimpunan Negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN), Kosasih mengatakan, sedang menjajaki ekspor. Yang pasti sudah ada buyer di luar negeri. Tapi, produsen dalam negeri tentu disiapkan lebih dulu. Ini menyangkut hulunisasi. Kalau sudah memasuki pasar ekspor, harus terjamin, dengan pengadaan barang berkesinambungan.

Dikemukakan, berkaitan dengan program ekspor, maka basis industri komponen diperkuat dulu. Dalam hal ini, termasuk pengadaan material, sehingga keberlanjutan pasokan sungguh-sungguh terjamin. Karena itu, untuk sekarang ini, pasokan dalam negeri, terutama memenuhi pesanan agen tunggal pemegang merek diutamakan dulu, baru captive market.

Ia mengingatkan, perkembangan industri komponen amat bergantung pada kemajuan teknologi industri otomotif. Oleh karena itu, pelaku industri komponen mesti mengamati, memelajari, dan menguasai teknologi itu. Dengan cara itu, industri mampu memenuhi keinginan produsen.

Selain itu, industri komponen harus memperhatikan gejolak pasar otomotif, khususnya melihat, jenis kendaraan mana yang paling banyak diminati atau paling laku. Ia menyebut contoh, kendaraan niaga, seperti bus dan truk, merupakan pasar potensial untuk sukucadang. Jika kendaraan niaga ini berkembang, otomatis industri komponen juga berkembang.

Ia juga sependapat dengan berbagai kalangan, kita harus menjadi produsen, bukan hanya pedagang. Sebab nilai tambah menjadi produsen jauh lebih besar. Industri ikutan atau turunannya akan muncul dan berkembang, menyerap banyak tenaga kerja. Dampak gandanya, seperti industri/usaha, kecil, menengah, juga berkembang. Dengan kata lain, Kosasih mengatakan, kita harus menguasai industri hulu, industri antara, dan industri hilir. (ender, apul)

TAGS

COMMENTS