Indonesia Tanah Air Beta

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

INGATKAH atas salah satu baris dari bait lagu yang bernuansa Indonesia tempo dulu sesudah kita merdeka? Sebagian dari kita pasti ada yang ingat dan masih menyayangi. Ada pula memang yang sudah tidak ingat lagi atau bahkan tidak tahu sama sekali karena lahir setelah tahun 1970-an ke atas.

Indah dan sangat menyayat hati kala lagu itu didendangkan oleh siapapun. Merasuk dalam hati sanubari begitu dalam karena penuh makna dan arti bagi kita bangsa Indonesia. Lagu itu memang bukan bernuansa pop atau jazzy dan atau rege kata anak muda sekarang. Lagu tersebut adalah adalah lagu penyemangat yang bernilai kejuangan yang bermakna bahwa Indonesia adalah Tanah Air kita bersama.

Kata Beta (dalam bahasa Maluku artinya aku/saya). Tapi penggunaan kata beta itu sendiri tidak dikandung maksud bahwa Indonesia adalahTanah Air-nya saudara kita dari Maluku saja, tapi tanah air kita bersama. Kita saat ini sudah hidup di abad modern, di abad teknologi informasi dan di abad globalisasi. Persepsinya begitu rupa dibuat dan diciptakannya seakan dunia menjadi serba tanpa batas.

Indonesia Tanah Air Beta sepertinya harus kita relakan untuk dibaurkan dalam sebuah masyarakat kosmopolitan modern berbasis informasi teknologi sebagai konsekwensi logis dari globalisasi. Sebagai bangsa, janganlah buru-buru terkecoh dan mengamini tanpa berfikir panjang bahwa Indonesia Tanah Air Beta memang harus kita relakan “terkubur” demi globalisasi.

Katakan tidak pada dunia bahwa Indonesia Tanah Air Beta tidak boleh “dikubur” karena kita telah mengakui adanya globalisasi. Yang kita setuju hanyalah bahwa abad ini adalah abad informasi teknologi karena berkat kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi diciptakan oleh manusia genius.

Paling sederhana agar akses informasi dapat dilakukan oleh siapa saja di belahan dunia manapun dengan cepat dan real time. Tapi kalau ada yang “usil” menyatakan bahwa seakan batas-batas antar negara menjadi tidak ada, pandangan itu patut “dicurigai”.

Premis ini dalam prespektif politik global banyak yang ingin memanfaatkan di balik pandangan itu. Baik untuk tujuan ekonomi maupun untuk tujuan yang lain. Mana sebab mana akibat menjadi kabur. Dialektikanya oleh para “pembonceng” global polical game barangkali sudah secara by design dirancang untuk menciptakan suatu lingkungan baru yang menguntungkan kepentingan negara maju di bidang ekonomi atau di bidang lainnya.Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan yang kaya sumber daya alam dan biota laut yang beragam jenisnya pasti masuk dalam cakupan radar mereka yang berkepentingan.

Abad ini dan abad mendatang adalah abad pangan dan energi. Negeri ini dinilai sangat potensial untuk menjadi salah satu negara untuk dieksploitasi sumber kekayaan alamnya demi dan atas nama masyarakat global. Padahal di balik itu semua yang paling berkepentingan adalah para pebisnis global atas nama multy national corporation untuk melakukan proses bisnisnya.

Dalam konteks Indonesia Tanah Air Beta, bangsa Indonesia secara politis harus punya sikap yang jelas dalam memandang perkembangan dunia masa kini dan di masa depan. Semangatnya yang tidak bisa ditawar adalah Indonesia tetap Tanah Air Beta. Dan perlu ditegaskan kembali bahwa memaknai dan memahami Indonesia Tanah Air Beta jangan semata dilihat secara pisik, ada struktur bangunannya sebagai sebagai sebuah negara.

Ada sistemnya yang dibangun agar memenuhi syarat sebuah negara yang demokratis. Tidak cukup hanya ini, tapi konsep dasar Indonesia Tanah Air Beta itu harus menginternalisasi ke dalam sanubari bangsa Indonesia sebagai unsur penopang jalannya sistem dalam konteks bernegara tadi.

Kebijakan dan regulasi yang dibuat negara harus disemangati secara tersurat dan tersurat nilai Indonesia Tanah Air Beta. Hadirnya pemimpin nasional di badan dunia seperti IMF,World Bank,WTO dan diforum lain seperti APEC, ASEAN G-20, World Economy Forum (WEF) harus merepresentasi diri sebagai mewakili kepentingan bangsa Indonosia at all yang tekadnya sudah bulat mengatakan bahwa Indonesia adalah Tanah Air Beta.

Tidak hanya mewakili kepentingan segelintir manusia atau seklompok orang. Mengapa harus demikian sikap yang harus diambil? Karena negara bisa “bangkrut” karena globalisasi. Lihat AS hutangnya sudah melebihi GDP-nya. Lihat juga Siprus, Yunani di zona Eropa tidak bisa disebut sebagai negara yang “bangkrut” sehingga perlu dukungan stimulus untuk penyelamatan. ***

CATEGORIES
TAGS