Harga Ayam Meroket Tembus Rp 40.000/Ekor

Loading

images

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Berdasarkan data GPMT, sejak Agustus tahun lalu lonjakan harga jagung lokal sudah terjadi. Dari harga Rp 3.200/kg menjadi Rp 3.600/kg, yang kemudian naik di bulan November menjadi Rp 4.800/kg. Harga ini pun naik lagi saat Desember menjadi Rp 5.500/kg, dan melonjak lagi di Januari 2016 dengan harga mencapai Rp 6.500/kg.

Kondisi ini semakin buruk saat pasokan 600.000 ton dari sisa kuota impor tahun lalu ditahan oleh Kementan. Hingga saat ini jagung impor ini masih dilarang dikeluarkan dari gudang. Sementara sebagian lagi masih tertahan di pelabuhan.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), FX Sudirman mengatakan, melonjaknya harga jagung lokal dan larangan penggunaan jagung impor berimbas juga pada lonjakan harga ayam.

Harga ayam hidup di tingkat peternak dan pedagang pasar ikut melambung. Di Jakarta, harga daging ayam saat ini dipatok Rp 35.000 – Rp 40.000/ekor. Kenaikan harga ayam di dominasi karena dipengaruhi oleh kenaikan harga jagung sebagai pakan ayam.

“Sekarang harga jagung lokal sudah Rp 6.500/kg, tapi impor dilarang. Jagung yang sudah di gudang disegel, karena Kementan beralasan itu akan merusak harga di petani. Kalau jagung mahal, produsen pakan bebankan ke peternak, akhirnya harga ayam hidup di konsumen ikut mahal,” ujarnya.

Sudirman mengatakan selain pengusaha pakan yang juga harus mendukung serapan jagung dari petani, Ia berharap Kementan juga bisa melihat kondisi langkanya jagung di lapangan.

Meski Data Kementan menyatakan produksi surplus, dalam kenyataan di lapangan harganya Rp 6.500/kg. Menurut Sudirman, hal ini menandakan tanda permintaan melampaui pasokan yang ada.

“Ini masalah suplai dalam negeri, silakan dibatasi (impor jagung), tapi harus lihat timing. Karena akhir tahun sampai sekarang panen jagung terlambat, baru mulai hujan kan setelah kekeringan panjang. Harga jagung lokal sudah Rp 6.500/kg,” ungkapnya.(roris)

CATEGORIES
TAGS