“Biso Rumongso, bukan Rumongso Biso”

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Fauzi Azis

Fauzi Azis

SEBAGAI bangsa Indonesia yang majemuk kita membutuhkan azas kehidupan yang adil, sejehtera dan tenteram yang tentunya menjadi milik kita bersama.

Sangat indah cita-cita ini. Tapi tidak mudah mewujudkannya. Sebagai manusia yang oleh Tuhan dikasih akal dan nurani, kepada kita dituntut agar kehidupan di muka bumi ini diupayakan dan dikelola dengan cara sebaik-baiknya untuk mencari kemuliaan. Jika bisa bersikap adil, dapat saling mengasihi sesama dan bisa saling menjaga hubungan, baik untuk sebuah ketenteraman, maka berarti kita telah memiliki modalitas untuk mendapatkan kemuliaan tersebut, baik di hadapan Tuhan maupun manusia.

Cita-cita yang amat mulia tersebut harus berproses dan jalannya harus senantiasa terbimbing dan terpimpin oleh sebuah gaya kepemimpinan yang mumpuni dan paripurna dalam pikiran, hati serta sikap dan tindakan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Tujuannya adalah agar keadilan, kesejahteraan dan ketenteraman yang adalah menjadi milik kita itu, tidak hanya akan berhenti pada slogan dan menjadi bahan omongan saja, tapi dapat menjadi sebuah kenyataan guna mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera.

Indonesia yang gemah ripah adalah sebuah obsesi kebangsaan yang akan kita tuju. Kita ingin menjadi sebuah role model yang berhasil bagi sebuah bangsa yang hidupnya terbimbing dan terpimpin oleh sistem kepemimpinan formal dan non formal untuk menjadi sebuah bangsa besar yang adil, sejahtera dan hidupnya tenteram.

Tentu banyak yang berrsikap skeptis dengan opini ini, tapi bagi penulis hal yang demikian patut disampaikan kepada mereka yang sebentar lagi akan menjadi presiden dan wakil presiden, serta akan menjadi anggota DPD dan anggota DPR agar bangsa dan negara ini bisa segera terbebas dari anasir-anasir pikiran dan tindakan yang jauh dari nilai kemartabatan dan keberadaban.

Pemimpin yang kita harapkan yang dalam falsafah psikologi Jawa biasa disebut rumangsa handarbeni, wani hangrungkebi, mulat sarira hangrosowani. Maksudnya adalah pemimpin yang merasa ikut memiliki negara, berani membela negara demi keadilan dan kebenaran, serta mampu mawas diri.

Pemimpin yang mampu berbuat demikian akan biso rumongso (mampu merasakan) penderitaan rakyat dan bukan sebaliknya rumongso biso (ingin disanjung, sombong dan sok tahu). Pertanyaannya apakah bisa dalam pemilu yang tinggal menghitung hari ini, kita mendapatkan sosok pemimpin yang seperti itu.

Tentu sulit. Namun sebagai penyemangat dan untuk menjaga ritme kita untuk tidak terus berfikir skeptis dan pesimis, jangan lupa berdoa, semoga kita mendapatkan pemimpin yang beriman kepada Tuhannya, bijaksana, selalu waspada dan jika hendak memutuskan segala sesuatu yang strategis untuk kepentingan bangsa dan negara harus matang membuat pertimbangannya.

Tidak cenderung untuk mengambil sikap pragmatis, tetapi harus mempertimbangkan kebutuhan rakyat secara meluas yang mendambakan keadilan, kesejahteraan dan kententereman yang diyakininya sebagai milik bersama. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS