Berfikir Dan Bertindak Mencari Solusi

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

KALAU kita telusuri lika-liku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sepertinya kita ini tidak pernah habis dirundung tumpukan masalah, problem, persoalan hampir di segala bidang. Coba mari kita temukenali fenomena itu sekilas pandang, benarkah demikian? Debat publik di berbagai forum lebih banyak mengupas masalah dan celakanya yang acapkali muncul sebagai akhir dari pembicaraan adalah bukan solusi yang diformulasikan tetapi lebih cenderung mencari biang keladi siapa yang pantas dipersalahkan sehingga masalah itu timbul.

Fenomena semacam ini yang sering muncul kepermukaan dan ujung-ujungnya hampir semua beban masalah yang muncul ditimpakan kepada pemerintah untuk mengatasinya. Berat banget rasanya menjadi bagian dari pemerintah pada zaman yang sudah sangat demokratis ini, khususnya di Indonesia. Nampaknya menguliti masalah sampai menjadi borok lebih asyik dan nikmat seperti kalau punggung kita gatal digaruk terus makin enak dan tanpa sadar menjadi luka dan berborok.

Itulah makanya barangkali sebagian dari kita senang sekali kalau diajak berdiskusi menguliti masalah, semua merasa mampu dan bisa menjadi kontributor dalam soal mengkuliti sebuah masalah. Tapi begitu ditanya bagaimana solusinya, hampir tidak ada jawaban yang memuaskan. Mungkin para tukang mengkuliti masalah tersebut menyadari bahwa menyelesaikan masalah adalah pekerjaan yang lebih sulit dan lebih beresiko daripada mengurai masalah.

Lebih beresiko karena mungkin mereka berfikir enak saja situ yang punya kewajiban untuk menyelesaikan masalah, orang lain diminta untuk ikut memikirkannya, emangnya mau dibayar berapa. Mudah-mudahanan salah analisis kacangan ini, tapi yang pasti kita sebagai bangsa Indonesia membutuhkan peran semua pihak dan memiliki kewajiban yang proporsional untuk berkontribusi secara nyata berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi bangsa ini.

Kita pasti tidak rela kalau masalah bangsa ini solusinya dilakukan oleh bangsa lain. Sumber daya manusia yang dimiliki bangsa dengan bekal pengetahuan yang memadai pasti mampu memberikan kontribusi memberikan solusi terbaik dari setiap masalah kita bersama. Lebih bermanfaat bila pengetahuan dan pengalaman yang kita kuasai dan miliki dapat dikontribusikan dan berbagi untuk ikut menyelasaikan problema yang dihadapi oleh bangsa dan negara ini karena masing-masing pihak memilki kelebihan dan kekurangan.

Oposisi di parlemen sebaiknya juga tidak hanya pandai menguliti masalah, tapi miskin dan kering dari pikiran-pikiran yang bersifat solutif. Pada saatnya para oposan akan menjadi bagian inti dari decesion maker,tidak seterusnya menjadi oposan. Sepuluh tahun lebih kita telah hidup berdemokrasi dan karena itu kebebasan berfikir dan berpendapat yang telah kita nikmati bersama dapat digunakan secara produktif, tidak emosional untuk berfikir dan bertindak mencari solusi terbaik guna ikut menyelesiakan berbagai masalah yang dihadapi bangsa ini untuk membangun masa depannya.

Satu dasawarsa cukuplah untuk berselancar dan berefoporia hidup dalam zaman demokrasi, tanpa harus membatasi kebebasan berfikir dan menyampaikan pendapat. Demokrasi yang dengan susah payah kita bangun harus dapat berfungsi dengan optimal bagi penyelanggaraan ketata negaraan yang dapat menghasilkan berbagai macam solusi terbaik bagi kemajuan bangsa ini. Semua bentuk solusi tersebut, apakah di bidang politik, hukum, ekonomi dan di bidang-bidang yang lain harus bermuara kepada terbangunnya rasa saling percaya diantara kita sebagai sesama anak bangsa. Mengapa hal ini yang ditekankan?

Satu dan lain hal karena permasalahan yang berhasil ditangani dengan baik membuka potensi dan peluang bagi masyarakat menjadi giat atau termotivasi untuk beraktifitas dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya masing-masing, tidak dilandasi oleh rasa saling curiga penuh sakwasangka sebagai akibat dari ketidak percayaan mereka terhadap para pengambil kebijakan yang dianggap kurang serius dalam menangani berbagai masalah yang dihadapi bangsa ini.

Komunikasi publik yang lebih terbuka, elegan, santun adalah wahana yang efektif untuk melakukan inventarisasi permasalahan yang ada di masyarakat dan sekaligus mencari berbagai bentuk solusi yang dapat ditawarkan dan dapat dijalankan. Proses pengambilan keputusan dan eksekusinya juga tidak boleh terlambat karena kalau terlambat kecurigaan-kecurigaan tadi akan muncul lagi yang ujung-ujungnya hilang kepercayaan lagi.

Setiap langkah dan upaya untuk mencari solusi terbaik guna mengatasi berbagai masalah, harus melibatkan masyarakat seinten mungkin prosesnya agar masing-masing pihak dapat mengerti dengan benar dan obyektif posisinya masing-masing, karena dalam negara yang demokratis memang dibutuhkan.

Rakyat adalah pemegang saham utama dalam negara yang menganut faham demokrasi. Suara rakyat adalah suara Tuhan. Karena itu setiap upaya mencari solusi untuk menyelesaikan berbagai masalah yang berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat harus memberikan kepuasan bagi para pemegang saham, kalau tidak distrust lagi.

Kita semua adalah semua pihak yang dewasa ini mendapat amanah menjadi pimpinan, manajer, menjadi tokoh yang dipandang memiliki kemampuan oleh para pemegang sahamnya, hal yang pasti harus dikerjakan dan dipertanggungjawabkan sebagai pihak yang diberi amanah adalah menggunakan akal dan nalar sehatnya untuk berfikir dan bertindak rasional, produktif dan obyektif penuh dengan kearifan memberikan solusi terbaik bagi terpecahkannya segala macam bentuk masalah yang menggelayuti kehidupan masyarakat. Kita semua adalah pemimpin dan karena itu, atas kepemimpinannya tersebut pasti akan dimintai pertanggung jawabannya.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS