Benny Soetrisno; Berbuat untuk Menyenangkan Orang Lain

Loading

Laporan: Redaksi

Benny Soetrisno

Benny Soetrisno

Begitu melihat kami, duduk menunggunya di “kedai kopi” salah satu hotel mewah di kawasan Kuningan, Jakarta, Benny Soetrisno melambaikan tangan dan tersenyum. Sambutan hangat itu dilanjutkan dengan jabatan tangan erat dengan sapaan bernada tanya: “belum pesan kopi?”

TAWA kami pun berderai pada siang hari itu. Yang ditunggu, Benny Soetrisno (64 tahun), Staf Khusus Menteri Perindustrisn, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri, serta pengusaha nasional, datang tepat waktu. Itu kebiasaan lama Benny yang dijalaninya hingga sekarang. “Saya menghargai janji, apalagi janji bertemu,” katanya sembari duduk.

Pria yang duduk di depan kami sudah tidak asing lagi dalam dunia bisnis, terutama sektor industri. Namanya sering disebut-sebut media massa terkait dengan kiprahnya memajukan industri, di antaranya, industri tekstil dan produk tekstil. Maka, dia pun punya banyak sahabat. Sampai suatu ketika, cucunya heran, karena sang kakek disapa orang-orang di bandara. “Kakek banyak temannya, ya.” Begitu kira-kira ucapan si cucu.

Hari itu, kami diskusi ringan mengenai kesiapan Indonesia memasuki pasar tunggal Masyarakat Ekonomi ASEAN pada akhir 2015. Dengan jabatan sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Tenaga Kerja, Benny sungguh punya kompetensi memberikan penjelasan mengenai kesiapan sumber daya manusia memasuki pasar tunggal itu. Dengan sukacita dia menjawab beberapa pertanyaan. Bahkan, dia menyiapkan bahan tertulis agar pemahaman mengenai kesiapan SDM tersebut lebih utuh. Intinya, kita masih harus berbenah, baik menyangkut produk maupun sumber daya manusia.

Benny sudah lama menjadi narasumber utama bagi wartawan. Ia dikenal sebagai narasumber yang benar-benar terbuka. Siap menjawab pertanyaan apa adanya, sepanjang itu masih bagian dari kompetensinya. Tak perlu ditutup-tupinya. Tampaknya, keterbukaan dan kehangatan itu tidak terlepas dari sifatnya, ingin menyenangkan orang. Ia selalu berpikir positif dan sedapat mungkin membuat orang lain senang.

Hobi Fotografi

Di tengah-tengah kesibukannya, Benny masih menyempatkan diri menikmati salah satu hobinya, yakni fotografi. Ia suka bepergian dan pada saat-saat seperti itulah dia memenuhi kehausannya akan memotret.

Dengan terus terang, dia mengatakan, belajar memotret dari wartawan foto Julian Sihombing (alm). Banyak pelajaran mengenai fotografi yang dia petik dari Julian. Dan pelajaran itu dipraktikkannya di lapangan, terutama pada saat bepergian ke tempat-tempat yang jauh dari Jakarta.

Benny suka memotret alam, terutama gunung dan laut. Koleksi fotonya tentang alam, termasuk dari Kutub Selatan, sudah banyak. Ia berminat suatu saat koleksi foto itu dibukukan, sebagai sumbangan karya bagi generasi penerus. Memiliki buku yang memuat foto-foto dari berbagai penjuru merupakan keinginan yang sudah lama dipendamnya. Ia pun yakin, suatu saat buku tersebut akan menjadi kenyataan.

Ia juga suka sastra, terutama cerita epik atau perjuangan. Ia juga suka membaca puisi. Salah satu yang dikaguminya adalah puisi-puisi karya penyair Sitor Situmorang. Ya, Sitor suka “memotret” alam dalam puisi-puisinya. Salah satu di antaranya, buku kumpulan puisi Angin Danau yang bercerita tentang kehidupan sekitar Danau Toba.

Benny pun sudah melihat keindahan Danau Toba. Sudah beberapa kali dia ke sana. Lebih dari itu, dia menjelajahi perkampungan di wilayah Tapanuli. Yang terbaru, dia megunjungi Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Yang dia prihatinkan, infrastruktur jalan ke kawasan Danau Toba dan sekitarnya masih memprihatinkan. Jika infrastruktur bagus dan daya tempuh lebih singkat, Benny yakin pariwisata Danau Toba akan lebih cepat maju. Pesona alam dan budaya amat memikat.

Menurut Benny, yang juga perlu ditingkatkan dalam upaya pengembangan pariwisata Danau Toba adalah pelayanan. Pengelola hotel harus mampu memuaskan tamu. Begitu juga pemilik rumah makan hendaknya memasang standar harga, yang juga bagian dari pelayanan.

Kata Benny, yang juga memprihatinkan, kondisi Tapanuli pada masa otonomi ini tidak banyak berubah dari kondisi sebelum otonomi diberlakukan. Infrastruktur jalan, ya itu-itu saja. Nah, ini yang harus ditindaklanjuti. Pembangunan untuk masyarakat. Itu memerlukan komitmen, bukan janji. Sebab komitmen selalu didukung oleh perencanaan bagus. Sedang janji, biasanya terlontar begitu saja tanpa perencanaan. Maka, bagi Benny, yang utama adalah memberikan komitmen.

Apa tidak tertarik terjun ke politik? Benny terdiam sejenak dan kemudian mengatakan, tidak berminat. Ia memilih bergerak seperti sekarang ini, sedapat mungkin memberikan pandangan ke berbagai pihak, termasuk pemerintah. Ia gembira, karena “suaranya” masih didengar.

Sikap itu tidak terlepas dari falsafahnya, berbuat untuk menyenangkan orang lain. Katanya, dengan memberikan beasiswa, misalnya, itu sudah menyenangkan orang lain. Benny pun yakin setiap orang dapat melakukan sesuatu yang membuat orang lain senang. (ender/sabar)

CATEGORIES
TAGS