Banyak Kepentingan

Loading

Oleh: Sabar Hutasoit

Ilustrasi

Ilustrasi

KEPENTINGAN. Ya, kepentingan kelompok. Manusia rela berkorban hanya untuk membela kepentingan kelompok. Apalagi di dunia politik. Dalam kancah politik, katanya yang abadi hanyalah kepentingan. Artinya, kepentingan politik itu sendiri akan selalu dinomorsatukan dan dapati mengalahkan kepentingan umum lainnya.

Semua urusan yang di luar kepentingan kelompok akan dikalahkan. Apakah itu urusan keadilan, penegakan hukum atau demi nusa dan bangsa serta persahabatan bahkan urusan keluarga sekalipun, akan dinomor duakan. Kepentingan kelompok pasti akan mengalahkan semuanya. Itulah yang namanya kepentingan.

Banyak contoh yang dapat kita saksikan atau kita lihat di negeri kita tercinta ini. Sebutlah misalnya penyerobotan jalur hijau yang disulap menjadi gedung bertingkat atau menjadi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) atau dikenal dengan sebutan pompa bensin.

Demikian juga penyerobotan jalan raya milik umum yang diubah menjadi jalurnya busway. Kepentingan umum jelas dikalahklan oleh kepentingan kelompok busway. Kalau dikatakan kehadiran busway mencegah kemacetan, itu tidak benar alias bohong. Buktinya dengan busway, jalan raya semakin macet karena sebagian jalan raya disita hanya untuk bus way.

Itulah kepentingan kelompok dan banyak lagi contoh-contoh akurat lainnya yang tidak dapat kita ungkapkan satu per satu melalui tulisan singkat ini. Yang jelas, kepentingan umum, selalu dan selalu dikalahkan oleh kepentingan kelompok.

Di jalur Pantura misalnya. Badan jala raya yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota besar lainnya di pulau Jawa (Semarang, Surabaya, Solo dan sebagainya), tampaknya sudah tidak mampu lagi menampung arus angkutan yang melintasinya.

Dari kendaraan ukuran kecil, sedang hingga truk-truk berukuran raksasa, menyatu jadi satu melintas di badan jalan Pantura sehingga terlihat badan jalan tersebut menjadi semakin sarat, apalagi saat-saat hari taya lebaran.

Berbagau cara dilakukan untuk mengantisipasi kemacetan, seperti pelebaran jalan, tambal sulam dan pembenahan jembatan. Namun nyatanya, semuanya itu tidak mampu menjawab kemacetan tersebtu, bahkan sebaliknya, kemacetan semakin menjadi-jadi.

Untuk itu pernah ada muncul pemikiran dari sejumlah pemerhati yang peduli tentang masyarakat. Ditawarkan, untuk mengatasi kemacetan yang semakin menggila itu, perlu pengalihan arus.
Truk-truk pengangkut barang berukuran raksasa yang datangnya dari Jakarta menuju Semarang, Surabaya atau Solo misalnya diusulkan supaya tidak lagi melalui darat, tapi melalui laut. Artinya, truk-truk tersebtu dikapalkan dari Tanjung Priok.

Alasannya, jika truk-truk itu tidak lagi melalui darat, akan banyak mendatangkan hasil positif yakni, jalur Pantura pasti tidak macet lagi, truk-truk yang selama ini melintasi darat pasti terjadi penghematan bahan bakar, ban dan kanvas rem. Demikian juga sopir bisa istirahat sehingga kesehatan an keamanan berkendara bisa lebih terjamin.

Selain itu, jadwal tiba barang dagangan ke kota tujuan, juga akan dapat dipastikan karena sudah terhindar dari kemacetan. sul ini amat bagus dan masuk di akal. Biaya operasinal truk akan bisa dihemat dan kesehatan kendaraan juga bisa lebih dijamin.

Namun usulan itu ditolak penguasa. Mengalihkan truk dari jalan darat menjadi lewat laut, katanya tidak diizinkan karena banyak kepentingan yang terganggu. Entah apa yang dimaksud kepentingan, tidak terlalu transparan.

Yang pasti, jika seluruh truk di jalur Pantura dalihkan lewat laut, semuanya akan tertolong. Keamanan, kenyamanan, penghematan dan jadwal tiba di kota tujuan, pasti dapat ditentukan. Namun karena banyak kepentingan, hal yang positif bagi kepentingan umum itu, ditolak. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS