Seratus Kutilang di Angan-Angan

Loading

Oleh: SM. Darmastuti – Jogjakarta

ilustrasi

ilustrasi

PRAKTEK penggandaan uang dari para dukun palsu setiap saat mewarnai berita di koran. Semuanya berakhir tragis. Tidak hanya uang ditangan yang akan hilang, adakalanya nyawa pun ikut terengut. Menyedihkan sekali setiap kali membaca atau melihat di TV bagaimana korban berjatuhan karena nafsu yang tidak pernah terpuaskan. Dongeng berikut mungkin dapat meng-inspirasi penyiswaan kita di tengah gemerlapnya dunia yang semakin memukau:

Seorang lelaki yang suka menjerat burung, pada suatu hari berhasil menangkap kutilang yang dapat bernyanyi merdu. Burung itu kemudian dimasukkan dalam sangkar dan diletakkan di dekat kamarnya. Dia berharap kutilang itu akan bernyanyi sepanjang hari, sehingga dia dapat menikmati suaranya.

Ternyata burung itu dapat berbicara dalam bahasa manusia dan berkata kepada lelaki itu :“Pak, kalau bapak mau mengeluarkan saya dari sangkar ini, saya akan membawa seratus kutilang yang akan menghibur bapak setiap pagi dan sore. Tidak hanya itu saya juga akan memberi bapak tiga nasehat utama yang akan membuat bapak menjadi orang paling kaya di dunia.”

Lelaki itu termakan oleh kata-kata burung tangkapannya. Dia melepaskannya. Setelah burung itu berada di luar kandang, lelaki itu menagih apa yang telah dijanjikan. “Pak, saya akan melunasi janji saya yang kedua dulu, yaitu memberi bapak tiga nasehat utama, baru nanti saya akan panggil teman-teman saya kemari.” Kata kutilang.

“Baiklah, nah sekarang katakan kepada saya, apa saja tiga nasehat utama itu?” Desak lelaki yang mulai merasa tidak sabar itu. “Begini, yang pertama: jangan gampang percaya pada janji. Kedua: puaslah dengan apa yang kau miliki, dan ketiga: relakan apa saja yang hilang dari tanganmu. Nah, sekarang aku telah bebas, selamat tinggal.” Burung itu kemudian terbang di alam bebas.

“Hei … bagaimana dengan seratus kutilang yang kau janjikan?” Teriak lelaki itu.

“Ingat nasehat pertama: jangan gampang percaya pada janji. Tetapi bagaimana pun juga bangunlah pagi hari, dan istirahatlah di sore hari setelah seharian bekerja keras. Dengarkan nyanyian kutilang di alam bebas. Bapak akan mendengar nyanyian burung-burung yang jauh lebih merdu daripada burung di dalam sangkar.” Teriak kutilang sebelum terbang lebih jauh lagi.

Lelaki itu kemudian merenung. Dia telah mempercayai omongan kutilang yang sudah berhasil dia tangkap dan ditahan dalam sangkar, ternyata kini dia tertipu. Seharusnya dia mengerti arti nasehat yang kedua terlebih dahulu, bahwa dia harus puas dengan apa yang telah ada di tangan, dan tidak mengharapkan seratus kutilang yang dijanjikan. Tetapi kemudian dia tersenyum, memang kini saatnya dia harus merelakan apa yang telah hilang dari tangannya seperti nasehat ketiga.

Lelaki itu bertobat tidak akan lagi pernah menjerat burung-burung untuk dikandangkan. Dia menyiapkan makan burung-burung yang terbang bebas, dan sebagai imbalannya, setiap pagi dan sore dia dapat mendengar nyanyian merdu burung-burung yang lebih bahagia di alam bebas. Lebih dari itu, dia kini menyadari bahwa memiliki satu harta yang sudah ada di tangannya sungguh lebih berharga daripada seratus harta yang masih dijanjikan.

Dia sadar bahwa kehidupan di dunia ini ibarat roda yang berputar yang dapat selalu berubah, jika kita dapat menerima apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita, maka kita akan menjadi orang yang paling kaya di antara para manusia”.

Nah … semoga kita tidak pernah terjebak dalam iming-iming semacam itu, karena kita telah mengerti makna menerima. Ada baiknya kita juga rajin membaca tulisan orang bijak, agar apa yang melekat dalam memori kita dan menjadi hapalan di luar kepala, juga akan otomatis terpakai untuk menepis godaan ketika iming-iming datang pada kita.

Sungguh benar, tidak ada gunanya mengharapkan seratus kutilang yang masih di angan-angan dan melepas satu yang sudah di tangan. ***

CATEGORIES
TAGS