Sayang Apabila Berlalu Begitu Saja

Loading

Oleh: Bambang Haryono

ilustrasi

ilustrasi

PADA hari Minggu III tanggal 21 Oktober 2012, saya dan isteri menemani Bapak Mahendra mendapat kesempatan untuk pergi olahrasa ke Cabang Bandung dalam rangka mendengarkan pengisian olahrasa Bp. Budi Darmadi sebagai Pelaksana Tugas Anjangsana ke Cabang Bandung.

Bapak Budi Darmadi melaksanakan tugas dengan didampingi oleh Ibu Atik Budi Darmadi. Penyampaian olahrasa beliau mengambil judul ‘Pahugeran’. Ringkasnya lebih kurang sebagai berikut, apabila Pahugeran diresapi akan membantu proses Sadar, Percaya dan Taat. Ketiga bait pada Pahugeran maknanya sangat dalam sekali.

Pengetahuan tentang dunia dan alam semesta akan membantu meresapi Pahugeran. Beliau memberikan motivasi kepada yang hadir, bagaimana cinta kasih Sang Guru Sejati dilimpahkan kepada kita semua. Sebagai siswa Sang Guru Sejati pasti akan mendapatkan ujian, cobaan berupa anugerah atau tempelak yang merupakan ‘Hukum Angger-angger Langgeng’ atau Hukum Keadilan Tuhan. Apa yang kita tanam pasti mau tidak mau harus kita petik.

Pada saat sedang memetik apa yang kita terima, sikap seorang siswa dengan selalu mendekat dan mohon agar senantiasa mendapat sih, tuntunan, pepadang dan lindungan-Nya. Pada posisi kita selalu mendekat, Sang Guru Sejati tidak akan ‘tega’ terhadap siswa-Nya

Saat kita betul-betul merasa sudah tidak kuat lagi untuk menghadapinya, dengan kepasrahan pertolonganpun akan tiba. Hal tersebut sudah dialami oleh Bp. Budi Darmadi berkali-kali, sehingga akan dapat lebih meningkatkan kepercayaan kepada Sang Guru sejati. Menurut penyampaian beliau: “Bagaimana tidak percaya kepada Sang Guru Sejati, pertolongan sudah berkali-kali diterima dan dialamimya”.

Semua yang terjadi dan dialami apabila direnungkan, merupakan sih dari Sang Guru Sejati yang dilimpahkan kepada umat-Nya.

Beliau memberikan contoh dari pengalamannya, yaitu:

Pernah beliau sedang menerima masalah yang harus beliau hadapi. Pada saat menghadapi masalah tersebut rasanya berat sekali, rasanya hampir tidak kuat dan penyiswaannya hampir jatuh.

Tetapi Sang Guru Sejati tidak ‘negakake’, pada saat akan jatuh seakan-akan Sang Guru Sejati memberikan ‘penopang’ sehingga dapat tegak lagi dan atas pertolongan-Nya, masalahnya dapat diselesaikan. Sang Guru Sejati memberikan ujian sesuai kekuatan yang melaksanakan ujian.

Pohon mangga yang tumbuh di halaman depan rumah beliau. Biasanya pohon tersebut batangnya miring (mentiung) keluar pagar, sehingga yang empunya rumah tidak pernah merasakan buahnya karena sudah keduluan diambil buahnya oleh sopir, penjaga rumah, codot dan keisengan orang yang sedang lewat.

Tetapi saat ini seluruh batangnya ada di dalam pagar rumah dan buahnya banyak, sehingga yang empunya rumah dapat menikmati rasa buah mangga hasil kebun sendiri. Karena buahnya banyak, punya ide buahnya dibungkus (dibrongsong) dengan kantung plastik. Setelah beberapa saat dibuka mangga tersebut busuk dan dikembalikan lagi seperti semula secara alami bungkus kantung plastik dibuka.

Hal tersebut diterimanya dengan pengertian bahwa belum diperkenankan oleh Sang Guru Sejati untuk menikmatinya. Setelah mendapat pengertian tersebut, beliau sewaktu lagi pergi mendapat SMS dari yang menunggu rumah bahwa ada 2 orang kenalan Bapak Budi Darmadi secara bersamaan mengirim buah mangga, masing-masing 1 peti. Karena jumlahnya cukup banyak, maka diperintahkan untuk dibagi-bagi.

Memang sewaktu kita menerima kejadian apa saja, harus selalu sadar kepada Sang Guru Sejati, setelah menerima peristiwa tersebut, dapat dimengerti apa sebetulnya Karsa Sang Guru Sejati yang diberikan kepada kita. Tetapi kalau tidak sadar kepada Sang Guru Sejati, peristiwa tersebut akan ‘Sayang Apabila Berlalu Begitu Saja’ akibatnya kita tidak mengerti akan kebesaran Tuhan yang dapat berguna untuk lebih meningkatkan kepercayaan kita kepada Sang Guru Sejati.

Demikian sedikit cuplikan olahrasa Bapak Budi Darmadi yang disampaikan di Cabang Bandung dan juga dihadiri dari Cabang Cirebon dan Cimahi. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS