PT Dirgantara Indonesia Suplier Tunggal Airbus

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

PESAWAT PATROLI MARITIM – Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) Kementerian Perindustrian, Hasbih Assidiq Syamsuddin (kanan) bersama Chief Engineering N 219, Palmana (tengah) dan Kepala Program N 219, Budi Sampurno sedang menaiki tangga pesawat CN 235 produksi PT Dirgantara Indonesia. CN 235 ini disebut sebagai pesawat patroli maritim yang kini sudah banyak digunakan di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Pakistan, Korea dan Uni Emirat Arab. Pesawat jenis ini harga jualnya bisa mencapai Rp 300 miliar. –tubasmedia.com/sabar hutasoit

BANDUNG, (TubasMedia.Com) – Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan, Ditjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindutrian, Hasbih Assiddiq Syamsuddin meninjau PT Dirgantara Indonesia (DI) di Bandung, pekan silam.

Didampingi Kasubdit Industri Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan, A Rodji Almanshoer beserta rombongan, Hasbih mendapat penjelasan secara detail dari pihak PT DI.

Sementara itu, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Andi Alisjahbana menjelaskan PT DI mendapat kepercayaan dari perusahaan pesawat terbang kelas dunia Boeing Airbus sebagai pemasok tunggal salah satu komponennya.

Andi menyebut, kepercayaan tersebut sudah berlaku sejak 1998. ‘’Kita satu-satunya produsen pesawat terbang yang diberi kepercayaan memasok salah satu komponen di bagian sayap Boeing Airbus,’’ kata Andi.

Nilai ekspor PT DI ke Boeing Airbus secara rata-rata katanya mencapai angka sekitar US$ 30 juta atau setara dengan Rp 300 miliar per tahun. Namun hingga kini, raw material sepenuhnya masih harus diimpor.

Mengomentari impor raw material, Hasbih menyatakan hal itu tidak perlu terlalu dipermasalahkan sebab membangun kapal terbang itu yang dijual sebenarnya adalah teknologi. Artinya, dengan adanya kepercayaan dari perusahaan penerbangan besar kelas dunia kepada Indonesia, itu sudah suatu hal yang patut dibanggakan. Ini artinya, kemampuan Indonesia sebenarnya tidak perlu diragukan.

‘’Negara raksasa dan perusahaan penerbangan terbesar dunia percaya kepada Indonesia dan Indonesia dijadikan pemasok tunggal salah satu komponen Boeing Airbus. Apa itu bukan kebanggaan,’’ kata Hasbih.

Namun lanjutnya, agar kebanggaan itu semakin sempurna, Indonesia secara bertahap dipandang perlu untuk memikirkan kemampuan memproduksi raw material. Caranya?

‘’Stake holder goverment harus semakin bersinergi dan harus masing-masing meningkatkan koordinasi,’’ tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Hasbih menitip pesan kepada pemangku kepentingan negeri ini agar senantiasa menghargai para ahli yang adalah putra Indonesia. Hasbih menyatakan dirinya melihat ada keanehan di negeri kita dalam hal mempekerjakan tenaga kerja.

Dia bertanya kenapa kalau ahli dari luar negeri diharga dengan gaji tinggi sementara jika engineering-nya Indonesia hanya dihargai dengan gaji yang sangat murah. ‘’Ini kan tidak fair. Masa doktor-doktor Indonesia hanya dihargai Rp2,5 juta. Ya hengkanglah mereka ke luar negeri,’’ kata Hasbih mengomentari banyaknya ahli pesawat terbang Indonesia yang kni berada di luar negeri karena gajinya amat rendah di Indonesia.

Sementara itu, dalam pemaparan di ruang rapat, PT DI ditekankan akan melakukan restrukturisasi dan revitalisasi industri kedirgantaraan sekaligus mengembangkan pesawat berpenumpang kurang dari 30 orang.

Selain itu juga akan meningkatkan kemampuan dan pemanfaatan fasilitas perawatan dan perbaikan pesawat terbang dalam negeri dan meningkatkan sumber pendanaan untuk peningkatan kemampuan pasok industri pesawat terbang nasional.

BUMN tersebut juga akan mengembangkan perusahaan sebagai pusat produksi dan litbang dan Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai pusat R & D produk kedirgantaraan dan sedang mengembangkan pesawat udara jarak pendek dan menengah untuk berbagai kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS