Politik “Dagang Sapi” Warnai Pilwalkot Bogor

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

BOGOR, (TubasMedia.Com) – Lima pasangan Calon Walikota/Wakil (Cawalkot) Bogor sudah diterima Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Bogor untuk dipersandingkan medio September 2013. Tetapi proses penjaringan tiga pasangan dari jalur partai politik penuh intrik dan menegangkan. Politik dagang sapi sampai mahar tinggi diranah partai politik (parpol) demikian kental dan akhirnya pasangan yang berhasil menembus tembok tebal dengan embel-embel wani piro lolos melenggang walaupun babak belur.

Wartawan tubasmedia.com melaporkan ketika KPU membuka pendaftaran Calwalkot 6-13 Juni 2013 para pendukung tegang dan harap-harap cemas sebab tampak dari parpol tahan harga atas ajuan belasan bakal calon (balon). Alasan parpol klise yaitu mencari figur yang memenuhi tiga unsur : kapabilitas, popularitas dan elektabilitas.

Ketegangan mulai mencuat ketika dua pasangan dari jalur perseorangan (independent) mendaftar, yaitu Syaiful Anwar-Muztahidin Al-Ayubi dan Firman-Gartono.

Pendaftar pertama dari jalur parpol ke KPU adalah pasangan Ahmad Ru’yat (wakil Walikota-PKS)-Aim Halim Hermana (Sekdakot). PKS akan memunculkan jagoannya (Ahmad Ru’yat) sudah diprediksi pengamat, tetapi F2-nya mengambil Aim diluar dugaan. Akhirnya dugaan negatif muncul, Aim adalah orangnya incumben Walikota Bogor H. Diani Budiarto. Aim yang belum lama menjabat sebagai Sekdakot Bogor mustahil punya uang puluhan milyar sementara isu berkembang PKS menakar mahar F2 belasan miliar.

Keesokan harinya pasangan Bima Arya (PAN)-Usmar Hariman (Demokrat) mulai mendaftar. Menarik ketika pasangan itu menuju Kantor KPUD, mereka diiringi para pendukungnya dengan berjalan kaki. “Ini contoh perilaku baik sebab disamping Bima Arya dalam usia emas, dia juga berjenjang pendidikan Strata-3 (Doktor), rendah hati, dan mau berjalan kaki membaur dengan masyarakat,” ujar seorang warga

Dua hari menjelang penutupan Dody Rosadi (mantan Sekdakot)-Untung W Maryono (Ketua DPC PDIP) mendaftar, pro dan kontra pendapat dari pasangan tersebut menyeruak. Pengamat politik banyak berpendapat Dody mengambil F2-nya blunder sebab kurang nilai jual. Namun yang kontra terpatahkan sebab yang meminang Dody adalah PDIP sementara Untung adalah Ketua DPC PDIP Kota Bogor, sehingga Untung menjadi F2 dianggap wajar.

Yang menarik dan ditunggu adalah figur kharismatik tokoh Kota Bogor yang mantan Asisten Daerah (Asda), Edgar Suratman. Selama ini dia diunggulkan dan diharapkan sebagai pengganti H. Diani Budiarto. Dia dianggap berbagai sosok yang paling memenuhi ketiga unsur, kapabilitas, popularitas dan elektabilitas. Hampir setahun pendukung fanatiknya menggadang-gadang yang bersangkutan. Posisinya memungkinkan sebagai pemenang, dia telah memegang beberapa posisi penting, seperti mantan Camat Bogor Barat, Kadis Dukcapil, dan yang pasti banyak pendukung dan dia juga sebagai Ketua Umum Karukunan Warga Bogor (KWB).

Sampai hari akhir pendaftaran Edgar belum juga dapat kendaraan politik, sementara parpol yang belum meminang F1 adalah Partai Golkar (PG) dan Hanura. Gabungan kedua parpol tersebut cukup untuk meminang Calwalkot karena ketentuan KPU tujuh kursi, sementara PG memiliki enam kursi dan Hanura tiga kursi di DPRD. Keesokan harinya , sehari setelah penutupan pendaftaran di KPU masyarakat Kota Bogor gempar, Edgar Suratman yang dipastikan akan didukung kedua parpol tersebut tidak terbukti. Justru kedua parpol tersebut berpencar, partai PG mendukung Dody koalisi dengan PDI, semenetara Hanura menyatu dengan PKS (Ahmad Ru’yat).

Pertanyaan masyarakat Kota Bogor, mengapa incumbent Walikota Bogor H. Diani Budiarto seolah condong ke Aim Halim Hermana dari pada ke Edgar Suratman yang punya elektabilitas lebih tinggi. Sebab keduanya tidak memiliki uang cukup dan mahar ke PKS tinggi sehingga dianggap H. Diani Budiarto yang mendanai Aim.

Merasa tidak ada yang menggubris, Edgar akhirnya meradang.”Euforia Pilwalkot bagaikan sebuah magnit bagi material-material logam. Bagaikan gula-gula bagi sekelompok semut-semut merah,” ujarnya. Kalimat tersebut, ujarnya, merupakan gambaran sikap pragmatis partai politik yang menunjukan aslinya, yakni tak kenal rasa malu hingga meremangkan bulu roma dan menakutkan. “Betapa tidak, tanpa basa-basi melakukan lelang dengan sejumlah angka-angka yang ditawarkan bagai melelang ikan asin di pasar ikan,” ujarnya. (dadang)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS