Pemilukada

Loading

Oleh: Edi Siswojo

Ilustrasi

Ilustrasi

IBU kota Jakarta akan punya gawe, menggelar pesta demokrasi melalui pemilihan umum kepala daerah (Pemilukada) 11 Juli mendatang. Ada enam pasangan calon gubernur (cagub) dan calon wakil gubernur (cawagub) yang akan naik panggung kampanye. Empat pasang diusung Parpol dan dua pasang–independen–diarak warga.

Ada yang sudah pernah jadi gubernur, wali kota atau pejabat dan ada juga yang belum pernah. Mereka semua seperti orang yang turun dari langit untuk membenahi Ibukota Jakarta.

Namanya juga akan punya gawe, kesibukan pun terjadi di mana-mana. Denyut kehidupan kota bertambah kencang mengiringi langkah para cagub dan cawagub yang menawarkan diri siap bekerja–24 jam–demi kota Jakarta.

Entah ikhlas atau tidak, belum tahu pasti. Yang jelas diantara merasa “berdosa” kalau tidak bersedia menerima gajih, tunjungan jabatan dan fasilitas lain yang diberikan oleh negara.

Para cagub dan cawagub yang akan bersaing tahu ibukota Jakarta sebagai city never sleep tidak pernah sepi dari gerak pembangunan. Macam-macam saja proyek pembangunan yang ada di Jakarta.

Satu diantaranya proyek pembangunan pertokoan. Pasar modern menjamur bagai cendawan di musim hujan. Dari mulut warga kota yang dangkal pikirannya–juga hatinya–ke luar pertanyaan kepada tetangganya : banyak pasar swalayan, toserba dan mini market di pinggir jalan apakah daya beli warga masyarakat bisa mengimbanginya?

Tetangganya menjawab : Ah itu soal lain. Bagi seorang gubernur urusannya membangun termasuk pasar modern. Soal daya beli itu urusan masing-masing warga. Oh begitu ! Mendengar jawaban tetangganya, dia jadi ingat bunyi spanduk di pinggir jalan yang tidak dipahami maksudnya “Sukseskan Pemilukada yang bersih, jujur dan demokratis”.

Dia segera bergegas masuk menjadi anggota tim sukses pasangan cagub dan cawagub. Sibuk ke sana ke mari mempersiapkan panggung kampanye Pemilukada. Sesuai namanya tim sukses, maka kesibukan itu bisa mebawa kesuksesan. Sukses meningkatkan daya beli untuk meraih barang-barang di pasar swalayan dan mini market di dekat rumahnya.

Tentu, tidak semua berkesempatan menjadi anggota tim sukses. Semua warga kota Jakarta perlu mensukseskan Pemilukada. Kaos, baju atau sembako yang biasanya meramaikan kampanye bukan barang haram. Getaran hati nurani perlu didengar baik-baik saat –memberikan suara–datang ke tempat-tempat pemungutan suara 11 Juli nanti! ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS