Pemerintah Senang Jika IHSG Menguat

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

PERTANDA kegiatan ekonomi menggeliat adalah, jika salah satu faktornya, yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat. Pemerintah merasa nyaman karena iklim investasi di dalam negeri dinilai kondusif, sehingga aliran dana masuk dapat menyelamatkan posisi neraca modal dan finansial.

Pada tahun 2012 yang lalu, neraca modal dan finansial menyumbang surplus US$24,911 miliar. Laju pertumbuhan sektor keuangan mencapai 7,26%. Harian Bisnis Indonesia terbitan 4 Maret 2013 memberitakan bahwa pergerakan IHSG penguatannya mulai terbatas, yakni dalam sepekan ini akan berada pada rentang support 4.645-4.705 dan resisten pada 4.823-4838.

Penguatan ini tidak lepas dari kinerja para emitennya yang rata-rata dapat membukukan labanya dengan baik. Fenomena ini menjadi menarik bahwa menggeliatnya pasar modal selalu berkorelasi positif dengan menggeliatnya kinerja para emiten, terutama yang berhasil membukukan laba.

Berdasarkan sumber data yang sama, kelompok besar emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari sektor pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, property dan real estate, infrastruktur utilitas dan transportasi serta keuangan.

Melalui opini ini hanya bisa mengharapkan agar:1) Pemerintah tidak hanya memberikan perhatian pada aspek makro ekonomi saja yang iklim investasinya hanya menguntungkan pentingnya penguatan pasar modal dan pasar finansial serta jasa. Sebagai publik menilai sikap pemerintah ini mau “enaknya sendiri” dengan mengatakan bahwa pemerintah berhasil mengelola kebijakan ekonomi makro dengan menghasilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6%/tahun yang penghela utamanya adalah tumbuhnya sektor finasial dan jasa-jasa.

2) Pemerintahan yang akan datang diharapkan agar iklim investasi yang dibangun dapat fokus kepada upaya memperkuat basis produksi dan produktifitas di sektor pertanian dalam arti luas, pertambangan dan industri pengolahan karena Indonesia sangat memerlukan tumbuhnya sektor-sektor tersebut untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan.

3) Kebijakan dan strategi ke depan diharapkan agar pertumbuhan sektor finansial dan jasa-jasa tumbuh seimbang dengan sektor riil. Pengembangan sektor riil yang basis pertumbuhannya dihela oleh sektor pertanian dalam arti luas, sektor pertambangan dan industri pengolahan, kebijakan dan strateginya harus berbasis pada upaya peningkatan nilai tambah, produktifitas dan daya saing.

Tujuannya agar secara mikro ketiga sektor itu daya saingnya kuat dan di sisi makro,akan berakibat pada kuat dan amannya posisi neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan dalam kurun waktu panjang. Tahun lalu, neraca perdagangan defisit US$1,62 miliar dan neraca transaksi berjalan defisit US$ 24,183 miliar.

Untungnya, neraca modal dan finansialnya bisa surplus US$ 24,911 miliar. Kalau IHSG-nya jeblok, bisa jadi surplusnya tidak akan sebesar itu. Dengan kondisi seperti itu, neraca pembayaran nasional selalu berada di bawah tekanan/ancaman dan sebagai pengelola kebijakan ekonomi makro di negeri ini pasti dihantui oleh perasaan tidak nyaman.
Kebijakan ekonomi yang idial buat Indonesia ke depan adalah mengamankan neraca modal dan finasial dan mengamankan neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan dengan menerapkan kebijakan ekonomi yang pro peningkatan nilai tambah, produktifitas dan peningkatan daya saing

Pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang terbentuk diharapkan akan melahirkan sebuah kondisi “mutual benefit” dan saling keterkaitan yang kuat antara pertumbuhan sektor finasial, sektor riil dan sektor jasa. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, pemerintah belum berhasil mengangkat akar masalah yang dihadapi sektor riil.

Pro growth-nya hanya berhasil memperbesar kue pasar modal, pasar finasial dan jasa-jasa lainnya dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi belum berhasil menumbuhkan kedaulatan pertanian dalam arti luas,pertambangan dan bahan galian serta industri pengolahan.

Struktur pertumbuhan yang seperti itu sulit untuk mengatakan bahwa pro job dan pro poor akan terjawab karena pertumbuhan sektor finasial dan jasa-jasa relatif tidak banyak menyerap tenaga kerja. Inilah catatan kecil tentang kinerja ekonomi sepanjang kabinet bersatu jilid 1 dan 2 bekerja yang tinggal 1,5 tahun lagi akan berakhir.

Catatan berikutnya apakah MP3EI akan tetap menjadi platform kebijakan pemerintah mendatang. Sebagai rakyat biasa juga tidak tahu jawabannya karena sejak orde reformasi, negeri ini memilki tradisi setiap rezim berganti, maka kebijakan yang dikelola rezim baru cenderung berganti, apalagi setiap rencana yang disusun oleh rezim baru akan dibuat berdasarkan visi dan misi presiden terpilih. ***

CATEGORIES

COMMENTS