Pemerintah Akan Kembali Lelang SUN Rupiah Pekan Ini

Loading

sun2

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Head of Research PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada memaparkan, seperti ulasan sebelumnya dimana meski laju pasar obligasi memiliki peluang kembali melanjutkan kenaikan namun, tampaknya sentimen positif dan volume transaksi beli mulai berkurang sehingga perlu diwaspadai adanya aksi jual yang akan mengurangi peluang tersebut dan membuat laju pasar olbigasi berbalik melemah.

Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±25 hingga 100 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada. “Tampaknya laju pasar obligasi mengalami peningkatan seiring rilis tetapnya suku bunga BI rate di level 7,75% dan sentimen penurunan harga BBM. Pergerakan harga dan yield menunjukkan laju yang positif meskipun bergerak tidak beriringan. Pergerakan yield secara mingguan kembali berbalik turun di hampir seluruh tenor,” kata Reza, Senin (19/1/15).

Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield -10,92 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami penurunan yield sekitar -24,95 bps; dan tenor panjang (8-30tahun) turut mengalami penurunan yield sekitar -19,78 bps. Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±5 tahun mampu melanjutkan penguatan 37,90 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±10 tahun mengalami kenaikan harga 52,23 bps.

Di pekan kemarin, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara seri SPN-S 14072015 (new issuance), PBS006 (reopening), PBS007 (reopening) dan PBS008 (new issuance) pada hari Selasa, tanggal 13 Januari 2015. Total penawaran yang masuk sebesar Rp13,754 triliun dimana seri PBS006 memiliki penawaran yang masuk lebih tinggi sebesar Rp 1,75 triliun dan nilai yang dimenangkan ialah sebesar Rp6,87 triliun dimana sebesar Rp1,16 triliun berhasil dimenangkan seri PBS007.

“Cenderung masih tingginya suku bunga membuat investor Sukuk juga melakukan penyesuaian pada tingkat yieldnya dimana akan meminta lebih tinggi namun, dibatasi oleh pemerintah. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk setiap seri a.l SPN-S 14072015 (6,33%); PBS006 (7,90%); PBS007 (8,62%); dan PBS008 (7,46%),” imbuh Reza.

Dari sisi bid to cover ratio memperlihatkan bahwa angka yang paling besar rasionya senilai 11,20x sehingga memberikan gambaran bahwa banyak pelaku pasar yang lebih memilih lelang obligasi jangka pendek untuk ditransaksikan karena lebih likuid dan berdurasi lebih pendek. Seri SPN-S14072015 memiliki jatuh tempo 14 Juli 2015 lebih cepat / pendek dibandingkan dengan jatuh tempo suku bunga Sukuk lainnya a.l PBS007 berjatuh tempo 15 September 20140; PBS006 (15 September 2020); dan PBS008 (15 Juni 2016).

“Tetapnya BI rate dipersepsikan akan berlanjutnya fase tetapnya suku bunga acuan dan direfleksikan positif pada laju pasar obligasi. Laju pasar obligasi pun kembali menawarkan untuk potensi penguatan lanjutan namun demikian, tetap cermati perubahan sentimen yang dapat berpengaruh pada berkurangnya potensi laju positif tersebut,” jelas Reza.

Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang ±35 hingga 85 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada, terutama pasca dirilisnya rencana beberapa pertumbuhan ekonomi global, termasuk Indonesia, dan lainnya.

Pada pekan depan, Pemerintah akan kembali melakukan Lelang Surat Utang Negara dalam mata uang Rupiah dengan jumlah indikatif yang dilelang sebesar Rp12 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015 dengan seri-seri sebagai berikut: Seri SPN12160107 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 7 Januari 2016; Seri FR0070 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,375% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2024; Seri FR0068 (reopening) dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,375% dan jatuh tempo pada tanggal 15 Maret 2034. (angga)

CATEGORIES
TAGS