Pasokan Listrik Hambatan Angkutan Jabodetabek

Loading

Oleh : Anthon P Sinaga

Ilustrasi

Ilustrasi

PEMERINTAH Pusat seharusnya turun tangan untuk mengatasi masalah transportasi untuk warga kota di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Khususnya, kecukupan daya listrik untuk Kereta Api Rel Listrik (KRL) dan bahan bakar gas (BBG) untuk angkutan darat bus Transjakarta.

Kelancaran transportasi di Jakarta sebagai Daerah Khusus Ibukota negara dan kota-kota sekitarnya, merupakan cermin Indonesia bagi dunia luar, yang harus dijaga kredibilitasnya. Untuk itulah perlu disinergikan PT Kereta Api dan Pemprov DKI untuk mewujudkan kelancaran angkutan di Jabodetabek.

Soal kecukupan daya listrik jelas menjadi kendala selama ini untuk menambah KRL komuter Jabodetabek, yakni KRL Bogor-Depok-Jakarta, KRL Bekasi-Jakarta dan KRL BSD-Tangerang-Jakarta, serta kemungkinan pengadaan KRL Rangkas Bitung-Jakarta dan KRL dalam kota Jakarta. Demikian pula kendala bahan bakar gas (BBG) untuk keperluan angkutan bus Transjakarta dan jenis angkutan umum lainnya yang memakai BBG.

Pemerintah Pusat, dalam hal ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak hanya menuduh kinerja aparat Pemprov DKI Jakarta dalam menangani masalah transportasi sebagai pepesan kosong, tetapi hendaknya juga harus mengerti kesulitan dan turut membantu mengatasi kesulitan tersebut.

Berdasarkan data dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi I Jabodetabek, setiap hari rata-rata KRL Komuter Jabodetabek bisa mengangkut 500.00 orang. Demikian pula angkutan bus Transjakarta rata-rata dapat mengangkut 300.000 orang per hari. Kedua jenis angkutan umum massal ini membutuhkan pasokan listrik dan gas yang cukup. Apalagi jika ada kebijakan harga/tarif khusus atau subisidi yang bisa langsung dinikmati rakyat banyak.

Sebenarnya, daya angkut KRL Komuter Jabodetabek ini bisa ditingkatkan lagi dengan menambah kereta dan frekuensi, tetapi hal itu tak bisa dilakukan karena terbentur pada pasokan daya listrik yang masih terbatas. Selain kurangnya pasokan listrik, juga masih buruknya infrastruktur, termasuk terbatasnya jumlah kereta. Selama ini satu rangkaian KRL rata-rata terdiri dari 8-10 kereta dengan kapasitas normal sekitar 60-80 orang per kereta. Padahal jumlah peminat KRL terus meningkat.

Di Depok saja, pada tahun 2008-2009, jumlah pengguna KRL mencapai 9.000 orang per hari pada jam kerja. Tahun 2010 diperkirakan meningkat menjadi 12.000-13.000 orang per hari. ***

CATEGORIES
TAGS