Paling Besar Dampak Kenaikan BBM pada Biaya Angkutan

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Kementerian Perindustrian telah melakukan kajian dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terhadap pertumbuhan industri. Hasilnya, dampak yang paling besar ada di unsur biaya angkutan, sementara biaya produksi tidak terlalu terpengaruh.

Sekjend Kemenperin Ansari Bukhari menyatakan, jika mengacu skenario kenaikan premium menjadi Rp 6.500 (44 persen) dan solar Rp 5.500 (22 persen), maka dampak langsung pada peningkatan biaya transportasi cukup besar pula.

Kebutuhan premium untuk kendaraan industri bakal melonjak 23,8 persen. Sementara peningkatan biaya angkutan solar bakal mencapai 11,9 persen. “Memang dampaknya pada sektor yang menggunakan jasa-jasa transportasi, termasuk sektor industri,” kata Ansari pada acara jumpa pers di kantornya, Rabu (5/6).

Di sisi lain, dia yakin biaya produksi beberapa sektor industri tidak akan memberatkan masyarakat. Dari perhitungan awal, biaya komoditas makanan dan minuman naik 0,63 persen, semen 0,66 persen, serta tekstil dan alas kaki 1,54 persen.

“Dengan demikian kenaikan BBM tidak akan berdampak signifikan terhadap kenaikan biaya produksi sektor industri,” ungkapnya.

Ansari menjelaskan, sebetulnya industri sudah hampir satu dekade tidak pernah menggunakan BBM subsidi. Karena itu, konsumen seharusnya tidak terkena imbas pertambahan biaya operasional yang tak signifikan.

“Sejak 2005, industri pada dasarnya sudah menggunakan BBM nonsubsidi, sehingga dari segi biaya produksi tidak berdampak,” katanya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS