Pak Menteri Pendidikan Lihat Tuh Koq Anak SD Disuguhi Pelajaran Soal Pembunuhan dan Perceraian

Loading

images

 JAKARTA, (tubasmedia.com) – Publik media sosial ramai membicarakan tentang konten tidak pantas yang muncul dalam soal ujian siswa sekolah dasar. Masak anak SD ditanya soal kasus perceraian suami istri dan kasus pembunuhan sih.

Informasi tentang konten tak pantas yang muncul dalam soal ujian siswa sekolah dasar, disampaikan netizen pengguna Facebook dengan akun Agung Suharto Dirdjosbroto.

Pada postingannya, Agung Suharto Dirdjosbroto bercerita tentang soal ujian yang diterima anaknya, pelajar SD Negeri Baru 02 Pagi, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Agung mengaku kecewa dan marah terhadap in­stansi pemerintah yang membidangi pendidikan dasar.

“Bayangkan, anak kita masih SD kelas II diberikan soal ulangan bergambar pembunuhan dan perceraian. Anak saya diberi tugas PR (pekerjaan rumah-red) oleh sekolah­nya, untuk dikerjakan selama libur panjang ini. Ini apa ya?” tulis Agung akun Facebook-nya.

Pada postingan itu, Agung menyertai foto lembaran tugas dimaksud. Foto itu memperlihatkan soal tugas siswa SD bermateri pembunuhan dan perceraian.

Pada kop kertas soal bertuliskan, “Ulangan Kenaikan Kelas Sekolah Dasar, Wilbin I Kecamatan Pasar Rebo.” Salah satu soal berbunyi, “Mengapa Bang Maman menyuruh Ijah bercerai, karena…” Lalu, pilihan jawaban multiple choice-nya, “a. Salim jatuh miskin, b. Salim anak manja, dan c. Salim punya istri simpanan.”

Kemudian soal nomor 24 berisi­kan pertanyaan “Bang Kusen dan Istrinya dibunuh oleh…”

Agung prihatin, kok bisa anak kelas II SD diajarkan pembunuhan dan perceraian. “Jangan-jangan, anak-anak kita naik Kelas III SD akan ada pelajaran Pemerkosaan dan Penganiayaan kali ya. Mohon Menteri Pendidikan dan badan pengawas bekerja lebih serius. Pengawasan kalian amat buruk. Jangan membanggakan tugas yang TV saja. Saya selaku orangtua sangat kecewa dan marah!” tulis Agung.

Akun Nanda Persada mengatakan, temuan ini menjadi teguran bagi pejabat terkait. “Wah, kasus yang buruk buat anak-anak dan dunia pendidikan nih. Para anggota Komisi X DPR RI dan DPRD DKI mungkin bisa bantu,” sarannya.

Akun Henny Sutisna juga mencerita­kan pengalaman anaknya. Menurut dia, soal ujian yang diberikan kepada anak SD sering tidak sesuai kemampuan anak. Sejak anak saya masuk sekolah negeri, saya baru tahu begitu lihat soal-soal ulangan kelas 4 ada pertanyaan, ‘berapa jumlah anggota MPR?’ Begitu saya lihat buku pelajarannya, ya tidak penting anak kelas IV SD mempejalari susunan pemerintahan sampai sedetail gitu,” tulisnya.

Akun Farah Bida Raina turut men­ceritakan pengalamannya. “Di buku lembar kerja siswa (LKS) kelas III SD ada pertanyaan tentang harga diri. Lalu bagaimana sikap orang yang tidak punya harga diri. Sangat nggak masuk akal. Anak kelas III SD nalarnya belum sampai ke sana. Boro-boro tahu harga diri. Buat anak kecil, harga yaa untuk yang berhubungan dengan uang,” kecamnya.

Akun Yuliyanti Kharisma Anugrah membandingkan guru saat ini dengan guru pada zaman dia sekolah. “Saat ini guru bukan lagi “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa,” yang mereka tahu men­gajar karena dibayar, bukan dorongan nurani untuk kemajuan pendidikan dan moral anak,” katanya.

Netizen lain mengusulkan beberapa materi pelajaran yang tepat bagi siswa SD. “Sungguh prihatin. Padahal, masih banyak cerita lain yang bisa dimasukan, kayak tertib berlalu lintas, buang sampah pada tempatnya, bangun pagi, berolahraga, dan hidup bermasyarakat,” usul DonanyaHauraHamizan.

Akun Nurrachmat Hidayat ber­pendapat, metode pembelajaran home schooling bisa menjadi alternatif. “Barangkali home schooling bisa menjadi alternatif. Orangtua bisa nga­wasing langsung proses belajarnya,” usulnya.

Testimoni Agung Suharto Dirdjosbroto di Facebook, juga tersebar ke jejaring pertemanan Twitter dan ramau dibahas netizen.

Akun @wiHDyani menilai, pem­buat soal tersebut sering nonton televisi. “Ini akibat yang bikin soal kebanyakan nonton tayangan berita kriminal dan acara gosip artis di tele­visi, kayaknya…,” cuitnya.

Akun @wicaksanas mengingatkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyikapi serius kasus ini. “PR nih buat pak @aniesbaswedan,” tulisnya menyebut akun Twitter milik Menteri Anies.

Akun @mondesir707 menuding, pembuat soal sengaja memberikan pengaruh negatif kepada siswa-siswi sekolah dasar. “Otak yang membuat soal demikian sungguh niatnya merusak anak-anak. Jangankan SD, yang SMP sekalipun akan rusak! Menteri urusin tuh!” protesnya.

Kepala SDN Baru 02 Pagi, Ridoyo, membenarkan testimoni Agung Suharto Dirdjosbroto. Ridoyo men­gaku telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk menangani kasus tersebut.

Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Timur, Ungkadi, mengatakan, pihak SDN Baru 02 Pagi akan meminta maaf kepada orangtua murid di sekolah tersebut. “Pihak sekolah akan melakukan pendekatan ke orangtua untuk meminta maaf, (menjelaskan) duduk permasalahannya seperti apa biar orangtua siswa juga merasa terlayani,” kilah Ungkadi, kemarin. (red)

CATEGORIES
TAGS