No Free Lunch dan Dampaknya

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

TIDAK ada makan siang gratis. Ungkapan ini di Indonesia sangat populer. Maknanya sangat penuh arti, baik dalam dunia nyata maupun dalam dunia remang-remang. No free lunch adalah dunia yang serba fulus, dari kelas recehan sampai kelas wow, miliaran bahkan triliunan.

Doktrin ini yang menyebabkan sogok, suap, korupsi dan perburuan rente di negeri ini merajalela. At any cost dan at all cost, tidak peduli dari mana asal-usulnya uang itu datang dan perginya. Segala urusan asalkan anda sediakan uang semua akan menjadi beres. Menambah kuota impor daging sapi beres. Mau nikah dengan berapa pasangan wanita cantik oke asal ada fulus sebagai pelicin, semuanya mejadi beres.

Masih banyak contoh yang tidak bisa diungkapkan di sini karena daftarnya bisa panjang sekali. No free lunch yang seperti itu, telah menjadi endemi yang destruktif. Merusak sendi-sendi kehidupan tanpa memandang jenis kelamin, kaya atau miskin, bodoh atau pintar dan sebagainya. Ibaratnya sudah seperti limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). No free lunch tadinya kita anggap hanya sekedar banyolan atau candaan semata.

No free lunch yang destruktif dan bersifat endemik menjadi berbahaya dan beracun karena secara sadar berarti mereka telah memberikan asupan makanan yang tidak halal dan bisa mengancam masa depan kehidupan sosial generasi penerus. Dalam prespektif ekonomi, doktrin no free lunch berdampak buruk karena sistem ekonominya menjadi high cost, tidak efisien dan boros.

Pajak negara tidak seluruhnya dapat ditarik secara maksimal. Penerimaan migas tidak seluruhnya masuk ke kas negara karena sebagian diantaranya dinikmati para pemburu rente. Dana APBN ditilep. Izin usaha pertambangan diobral atas nama pelayanan prima, padahal di balik itu terjadi perburuhan rente yang luar biasa. Senjata yang dipakai pihak otorisator hanya satu, yakni no free lunch.

Akibatnya kita dibikin terhenyak ketika ada seorang oknum polisi berpangkat Aiptu di Papua memiliki rekening gendut sebesar Rp 900 miliar. Astaga kaya amat pak polisi tersebut. Hukum dipermainkan begitu rupa akibat para pihaknya yang terlibat asyik bermain dengan permainan no free lunch ini.

Law and order menjadi lemah dan rusak. Kohesi sosial tatanannya menjadi porak poranda. Kelompok masyarakat akar rumput kehidupannya makin tertekan dan reaksi yang bisa mereka lakukan adalah marah, kecewa karena merasa dizalimi dan merasa tidak diwongke.

Apapun kondisinya, gambaran kehidupan sebagian masyarakat kita yang “tersesat” dalam jebakan kehidupan yang mendewakan no free lunch kalau dibiarkan akan berkecambah kemana-kemana. Karena itu, semua sistem dan tatanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini yang dianggap salah harus segera diperbaiki.

Law and order harus ditegakkan. Semua yang berbahaya dan beracun harus dimusnahkan karena dapat mengancam eksistensi peradaban dan keadaban kehidupan manusia di muka bumi. Rezki yang halal yang layak kita makan. Kita jaga, kita pelihara dan kita didik anak cucu kita dengan asupan rezeki yang halal. Kasihan mereka kalau sampai menjadi korban karena ternyata mereka dibesarkan dalam lingkungan yang salah kaprah. ***

CATEGORIES
TAGS