Memperingati PLH, Heroisme Warga Semarang

Loading

Laporan : Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

SEMARANG, (Tubas) – Pertempuran Lima Hari (PLH) pecah di Semarang setelah Dokter Kariadi tewas ditembak dekat reservoar “Siranda” Semarang, dini hari 14 Oktober 1945. Badan-badan kelaskaran curiga, pelaku penembakan tentara Dai Nipon (Jepang), penjajah yang saat itu menguasai Semarang.

Tiap tahun PLH diperingati dengan upacara militer pada malam hari, dipimpin Gubernur Jawa Tengah di monumen ‘Tugu Muda’ Semarang, karya Presiden Pertama Bung Karno, tahun 1951. Dentuman meriam beberapa kali terdengar di tengah upacara, menandai detik-detik pertempuran paling dahsyat yang terjadi di lokasi itu puluhan tahun silam.

Upacara PLH di Semarang tahun ini diwarnai ‘tonil’, kelompok drama muda-mudi yang menggambarkan heroisme warga Semarang, dengan bersenjatakan “bambu runcing”, melawan Jepang yang memiliki peralatan perang lebih banyak, lengkap, dan modern.

Dinas Sejarah Kodam Diponegoro menyebutkan, PLH meletus akibat provokasi Jepang, yang bermarkas di Jatingaleh Semarang. Jepang melemparkan isu, pusat air minum reservoar di ‘Siranda’ telah diracun. Dokter Kariadi, pimpinan RS Purusara Semarang, dini hari 14 Oktober 1945, memeriksa reservoar demi keselamatan warga kota. Tapi, pada fajar gelap itu, laskar pemuda menemukan dr.Kariadi tewas berlumur darah. Tergeletak ditanjakan Jalan Siranda, tak jauh dari reservoar. Meledak amarah warga, seluruh sudut kota melakukan konsinyir. Malah mulai melucuti dan membunuhi orang Jepang (sipil/militer) yang ditemui.

Akhirnya tentara Jepang dengan peralatan perangnya keluar dari markas ‘Jatingaleh’. Bergerak dalam tiga formasi, merambah seluruh pelosok kota. Warga melakukan perlawanan tanpa henti, lima hari/malam. Badan-badan kelaskaran dari luar kota, seperti, Pati, Kudus, Demak, Blora, Purwodadi, Salatiga, Ungaran, dan Kendal, berdatangan membantu.

Pertempuran sengit itu di Bundaran Bulu, yang kini berdiri Tugu Muda. Di gedung Lawang Sewu, tak jauh dari Tugu Muda, tentara Jepang dan Angkatan Muda Kereta Api, saling bantai. Jepang membumihanguskan Kampung Batik, dicurigai tempat sembunyi laskar pemuda. Sekitar 5.000 jiwa gugur dalam PLH Semarang. Sebagian besar warga kota. (amary)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS