Manusia Sedang Terjebak Pada Pembelokan Tata Nilai

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

MANUSIA yang telah dikarunia akal oleh Tuhan dan ditunjuk sebagai waliyullah di bumi sebagian telah terjebak oleh kehidupan yang sesat karena nafsu setannya membelenggu. Jebakan ini memperangkap tanpa pandang bulu dan bisa menimpa manusia berpangkat dan memegang jabatan tinggi atau tidak.

Tanpa pernah membedakan antara si kaya dan si miskin. Pendek kata jebakan itu pada dasarnya dapat menimpa siapa saja. Akal sehat nyaris tidak berfungsi sebagai alat kendali. Tata nilai yang bersumber dari ajaran agama, budaya dan tradisi nenek moyang, tersapu habis seiring mbludaknya syahwat manusia yang lagi maruk harta dan kekuasaan serta sahwat seksual.

Korupsi menjamur begitu rupa. Menggoda dan mewabah menjadi endemi dan bahkan ada yang menyebut telah menjadi predator. Bapak kandung mencabuli anaknya. Ketika kasus korupsinya terkuak dan bahkan telah dinyatakan cukup bukti untuk dijadikan tersangka masih bisa berkelit dan menyatakan dirinya tidak terlibat korupsi.

Sampai dengan entengnya berucap di depan publik bahwa jika dirinya satu rupiah pun korupsi gantung di monas. Dalam konsep tata nilai, bukankah manusia yang seperti itu adalah tergolong manusia yang congkak atau sombong. Dumeh sedang berkuasa, dumeh punya keyakinan bahwa paling-paling aparat penegak hukum tidak akan punya nyali menjeratnya.

Rupanya memang pembelokkan dan pengkerdilan nilai ketaqwaan, nilai budaya sedang menimpa sebagian manusia di bumi yang mulai inkar terhadap janji kepada Tuhan dan manusia lainnya. Telah terjadi pembelokkan tata nilai demi harta, kekuasaan dan sahwat seksual.

Infrakultur manusia rupanya pondasinya rapuh, tidak kuat dan kokoh, gampang disapu tsunami kehidupan di dunia. Astagfirullah, seraya memohon ampun kepada Tuhan semoga sebagian dari saudara kita sebangsa dan setanah air yang terkena musibah politik, hukum dan kemanusiaan segera bertobat dan berjanji akan kembali ke jalan yang lurus dan secara amanah dan jujur dapat menjadi waliyullah yang adil dan bijaksana.

Termasuk juga kepada manusia yang lain patut bersyukur dan sekaligus memohon kepada Tuhan agar dapat dijauhkan dari segala bentuk mara bahaya. Memang di negeri sedang banyak terjadi musibah. Ada musibah politik, hukum dan musibah kemanusiaan. Alangkah indahnya negeri ini, jika sebagian dari manusia yang sedang menari-nari dan bermain-main dengan membelokkan tata nilai yang baik dan agung dimata Tuhan dan kemanusiaan rame-rame melakukan pertobatan kalau memang takut dijerat hukum.

Hasil jarahannya yang berbentuk uang, tanah dan bangunan serta harta bergerak dan tidak bergerak lainnya diserahkan kepada negara dan kemudian dilelang. Uangnya dipakai untuk membangun pendidikan dan kesehatan dan infrastruktur ekonomi. Dengan demikian kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini dapat bersih dari segala noktah hitam kehidupan yang membelenggu manusia dalam kubangan perilaku setan.

Jangan ditunda-tunda lagi untuk memulai lembaran hidup baru yang penuh berkah dan karomah Tuhan. Mulailah dengan kehidupan yang menjunjung tinggi nilai kebajikan, kearifan dan ketulusan yang amanah untuk mengabdi kepada bangsa dan negara.

Mengabdi kepada Tuhan secara bertanggung jawab. Mengabdi kepada kemanusiaan, kemartabatan dan keadaban sebagai tabungan untuk menjadi bekal dalam alam kehidupan yang kekal di akhirat. Tinggalkan gaya politik yang menyenangi KKN dan gaya politik berbasis “upeti”, pemberian uang “mahar” dan sebagainya, karena yang seperti itu buruk, nista dan tidak berkah.

Pemerintah harus bersikap mengayomi (tanuhita) dan memberi ke bawah (danuhita)!bukan sebaliknya mengeruk uang rakyat untuk kepentingan “kenikmatan” sahwat. Kalau kasus KKNnya terbongkar ojo golek slamete dewe. Kalau salah pertanggung jawabkan di muka hukum atas nama kebenaran dan keadilan.

Ojo podo mikul duwur mendem jero. Saling menutupi kesalahan orang lain atau kroninya. Makna mikul mendem jero kok jadi diplesetkan. Lebih baik transparan dan akuntable kata teori good governance.***

CATEGORIES
TAGS