Ketua BPN Diganti, Yang Lain…?

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

PALING tidak ada tiga atau empat nama yang santer disebut-sebut terlibat dalam kasus proyek pusat olahraga di Bukit Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat. Mereka adalah Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Menpora Andi Mallarangeng, Ketua BPN Joyo Winoto dan anggota DPR Ignatius Mulyono.

Keempat nama tersebut sudah teramat santer disebut oleh banyak orang kalau mereka adalah dalang-dalang utama yang menggerogoti uang rakyat melalui proyek di Bukit Hambalang tersebut. Namun seperti biasa dan lumrah, tidak ada satu orang-pun di muka bumi ini yang mau mengakui kesalahannya, demikian juga mereka berempat, kecuali Ignatius.

Ignatius secara terus terang mengatakan dirinya menyesal mau mengerjakan perintah Anas Urbaningrum yang saat itu menjabat Ketua Fraksi di DPR RI. Ignatius tidak mengira tugas mengurusi sertifikat Hambalang yang dia laksanakan akan berlanjut seperti sekarang ini. ‘’Saya menyesal,’’ kata Ignatius yang pensiunan jenderal itu.

Belum terlihat gerakan para pendekar hukum yang signifikan menuntaskan kasus yang yang menggerogoti uang rakyat itu. Bahkan terkesan saling melindungi. Andaikan kasus ini tidak melibatkan petinggi-petinggi, rasanya sudah sejak lama terungkap.

Sebut saja misalnya pencuri pisang, pencuri sendal dan pencuri kelas teri lainnya, tanpa barang bukti hyang otentik-puin, terdakwanya sudah langsung diciduk bahkan bila perlu disiksa dulu oleh polisi atau jaksa.

Tapi kasus raksasa seperti Hambalang, harus didiskusikan dulu, dibahas dan dibedah. Itupun tidak pernah dan tidak akan memberi jalan keluar yang memberikan keadilan.

Lihat saja sekarang. Dari empat nama tadi baru Ketua BPN Joyo Winoto yang kabarnya akan diganti dengan alasan terlibat kasus Hambalang. Kalau itu alasannya, berarti Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng juga layak dihentikan dari jabatannya.

Namun apa yang terjadi, kedua tokoh yang adalah kader Partai Demokrat tersebut masih anteng saja menduduki jabatan empuknya bahkan tidak peduli dengan kasus yang melilit dirinya. Apakah karena mereka merasa kebal karena ada orang kuat di negeri ini yang melindunginya.

Atasu sebaliknya, ada kunci atau rahasia yang mereka berdua kuasai sehingga mereka seperti memegang bom waktu yang sewaktu-waktu bisa diledakkan jika kenyamanan mereka terganggu.

Padahal, kita tahu bersama bahwa semua insan di bumi persada ini sama di depan hukum. Tidak ada satupun yang lebih rendah dan lebih tinggi. Apapun jabatannya, apapun latar belakang pendidikannya, siapapun keluaganya dan sepangkat apapun dia, semuanya sama di depan hukum. Ini kata orang-orang hukum loh.

Nyatanya, kata-kata itu hanya lips service. Perbedaannya sangat dan teramat kental bahkan antara bumi dan langit. Lihat tuh pencuri sepotong kayu jati langsung diringkus dan meringkuk dalam penjara. Tapi lihat lagi mereka para petinggi yang dikabarkan korupsi, enteng-enteng saja, bahkan berniat jadi pemimpin tertinggi di negeri ini.

Perli kita catat bahwa Keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengganti Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Joyo Winoto disambut baik oleh Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat. Mengapa?

Komisi II merasa sudah tidak cocok lagi bekerja dengan Joyo. Komisi II merasa lega bahwa usulan pergantian Kepala BPN akhirnya dikabulkan Presiden. Ternyata ketidaksingkronan Joyo dengan Komisi II sudah terjadi sejak periode lalu. Tapi bagaimana kelanjutan cerita Hambalang setelah Joyo dicopot? ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS