Kemenperin Bangun Dapur Sehat Gula Lontar di Rote Ndao

Loading

1-

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kementerian Perindustrian bersama PT. Arwana Citramulia Tbk. dan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao sepakat melakukan pembangunan Dapur Sehat untuk Industri Kecil Pengolahan Gula Lontar di Wilayah Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Kesepakatan tersebut dituangkan dalam MoU yang ditandangani oleh Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah, Direktur Operasional PT. Arwana Citramulia Tbk. Edy Suyanto, dan Kadisperindag Kabupaten Rote Ndao Nunuhitu yang mewakili Bupati Rote Ndao dengan disaksikan Sekjen Kemenperin Syarif Hidayat mewakili Menteri Perindustrian di Kemenperin, Jakarta, Kamis (15/10).

Menurut Euis, tujuan pembuatan dapur sehat bagi industri kecil pengolahan gula lontar di Rote Ndao, NTT adalah untuk menciptakan tempat pengolahan yang layak dan sesuai dengan standard kesehatan sehingga gula lontar yang dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor. “Diharapkan penandatanganan MoU ini dapat meningkatkan mutu gula lontar dalam negeri dan menghasilkan output sesuai dengan yang telah direncanakan,” tegasnya.

Euis menjelaskan, ruang lingkup kesepakatan ini meliputi: (1) Penyediaan dapur produksi sesuai dengan prototipe yang telah disediakan; (2) Peningkatan SDM pengolahan gula lontar agar mampu memproduksi gula sesuai SNI ISO 9001 Tahun 2008 tentang manajemen mutu; (3) Peningkatan mutu gula lontar berstandar ekspor; serta (4) Pemasaran gula lontar di pasar nasional dan internasional.

Menurutnya, pohon lontar memiliki arti penting bagi kehidupan masyarakat Rote Ndao karena merupakan warisan budaya yang tidak dapat ditinggalkan. Selain itu, lontar mencerminkan totalitas kehidupan orang Rote. “Lewat lontar, mereka membangun sejumlah kearifan lokal. Batang, bulir, daun, pelepah, nira, tulang daun, buah, sabut, dan pucuk lontar membangun peradaban dan budaya lokal mereka,” papar Euis.

Berdasarkan data Kabupaten Rote Ndao, di sana terdapat perkebunan lontar seluas 15.398 Ha dengan kapasitas produksi 5.213 ton per tahun yang dihasilkan oleh 25.530 rumah tangga perkebunan. “Lontar merupakan tanaman multi fungsi dan sangat potensial untuk dikembangkan,” ujar Euis.

Misalnya, batang, daun, pelepah, dan tulang daun lontar dapat dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya juga bisa dipakai untuk perkakas dapur, alat timba air yang disebut haik, dan penghias alat musik sasando. Pucuk daun yang berwarna putih dimanfaatkan masyarakat untuk menganyam topi lokal yang disebut ti’ilangga, pembungkus tembakau atau rokok tradisional, dan tulang daun untuk tali atau pengikat. Bahkan, mayang lontar disadap dan diolah menjadi gula. Berbagai macam produk yang dihasilkan dari sadapan lontar antara lain gula lempeng, gula cair, dan gula semut. (sabar)

TAGS