Kelapa Sawit Tulang Punggung Devisa Negara, Benahi Dulu Infrastuktur

Loading

Laporan: Redaksi

Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro Ir. Abdul Rochim, M.Si

Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro Ir. Abdul Rochim, M.Si

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Langkah utama yang perlu dilakukan pemerintah pusat guna mewujudnyatakan pernyataan bahwa industri kelapa sawit adalah tulang punggung devisa negara, adalah perbaikan infrastruktur. Tanpa langkah tersebut, harapan itu tidak akan terwujud.

Hal itu diutarakan Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro Ir. Abdul Rochim, M.Si kepada tubasmedia.com di ruang kerjanya, kemarin. ‘’Itu yang harus dilakukan, yang lainnya tambahan saja dan bisa menyusul,’’ tegasnya.

Sebelumnya kepada Rochim dimintai komentarnya sekitar adanya julukan bahwa industri kelapa sawit yang tumbuh di Indonesia menjadi tulang punggung devisa negara seperti pernah dilansir Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Joko Sutiyono,

“Kita menyadari bahwa sawit merupakan tulang punggung dan devisa terbesar dari perekonomian Indonesia. Industri kelapa sawit Indonesia menjadi pemimpin pasar global.,” demikian pernah diucapkan Joko.

Rochim menyebut julukan itu tidak mengada-ada dan mendekati kebenaran. Namun jika tidak didukung semua pihak atau departemen terkait, julukan itu akan sia-sia. Infrastruktur adalah dukungan yang paling utama.

Dia menggambarkan buruknya infrastuktur di banyak lokasi di Indonesia yang membuat sulit pengangkuan kelapa sawit dari perkebunan hingga ke penampungan. Sebagai missal katanya, perlintasan Dumai-Pekanbaru yang perjalananya paling cepat bisa ditempuh selama 7 jam dalam kondisi jalan yang amat buruk.

‘’Bagaimana mungkin kita bisa menjadikannya sebagai tulang punggung kalau kondisi jalan sangat buruk seperti Dumai-Pekanbaru. Mustahil itu. Jadi kami usulkan, untuk menjadikan kepala sawit menjadi primadona, kondisi jalanan di negeri ini tidak ada cerita lain, harus diperbaki. Itu saja yang didambakan pelaku industri kelapa sawit. Yang lainnya saya kira oke-oke saja,’’ katanya.

Industri sawit Indonesia telah menjadi produsen terbesar sejak 2006, bersama dengan Malaysia menjadi market leader sekitar 27%. Ini karena sawit memiliki tingkat profit lebih tinggi dari yang lain, sehingga sawit menjadi primadona.

Berdasarkan data, produksi sawit untuk tahun ini diperkirakan mencapai 28 juta ton dengan konsumsi sebesar 9,2 juta ton maka sisa 19 juta ton akan diekspor ke berbagai negara terutama India, China dan Uni Eropa. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS