Transformasi PLN Tidak Fokus
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Menyimak utang PLN yang besardan tarif yang diregulasi sehingga ketergantungan kepada pemerintah sagat tinggi, persaingan usaha ketenagalistrikan di Indonesia sudah terbuka sehingga PLN memiliki competitor bahkan dari lingkungan BUMN sendiri target energi terbarukan dari pemerintah belum tercapai.
Oganisasi PLN yang gemuk dengan titik berat bukan dipelayanan tapi proyek pembangunan dengan target 35.000 MW, BoD PLN kerap diisi dari pihak eksternal yang hanya memahami proses terpisah dan tidak terintegerasi dari hulu dan hilir, contohnya dari Banking yang hanya fokus ke hilir, padahal PLN membutuhkan pemimpin yang paham bisnis korporasi dari hulu hingga hilir.
Transformasi PLN menjadi mubazir karena tidak fokus kepada core bisnis lebih mengutamakan digitalisasi disektor hilir yang menjadi fokus sektor banking dan telekomunikasi. Pemerintah tidak diberikan kondisi yang benar oleh BoD karena tidak memahami bisnis PLN sehingga keputusan yang diambil sangat merugikan PLN dan tujuan pencitraan.
Masuknya para politisi dan eksternal yang membawa kepentingannya menjadi Direksi bahkan sampai kepada jajaran operasionalnya mengurusi PLN, menjadikan PLN sebagai batu loncatan untuk kepentingan berikutnya untuk mencapai tujuan politik dan kepentingan lainnya sehingga tujuan PLN terabaikan.
Matinya talent-talent PLN dengan akibat black campaign dengan tuduhan korupsi dan KKN dan berpolitik yang notabene dilakukan oleh pihak eksternal. Tidak berjalannya Stakeholder Manajemen terutama dengan Departemen terkait selaku penyusun RUKN dan RUPTL, terlihat dari peran dari sector ketenagalistrikan ditubuh Kementerian BUMN, ESDM dan Keuangan.
PLN dijadikan sapi perah oleh sebagian pihak dengan mengambil bisnis utamanya (Geothermal) dan memberikan BUMN yang sekarat untuk direvitalisasi seperti BAG, EMI dan lainnya.
Pembiaran oleh Pemerintah? Untuk mematikan dan membelah PLN dengan tujuan IPO dengan mengulang kesalahah IPO agar tidak seperti yang dilakukan direzim-rezim sebelumnya karena tidak memiliki strategi jangka panjang sehingga berpikiran pendek menjual aset negara untuk kepentingan sesaat dan membagi-baginya untuk para kapitalis?
Solusi yang ditawarkan, PLN dipimpin oleh mereka yang memahami bisnis ketenagalistrikan PLN harus dipimpin oleh mereka yang berwawasan korporasi terintegrasi memanfaatkan value chain di ekosistem dan memiliki visi yang panjang. PLN harus dipimpin oleh orang yang dapat menerima aspirasi pemegang saham dan juga dapat menjelaskan kondisi PLN sesungguhnya. (red)