Indonesia akan Stop Impor Tinta

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Kepala Baristan Industri, Padang Sumatera Barat,Umar Hapson (kiri) dan Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Euis Saedah (kanan)

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Tidak lama lagi, Indonesia akan menghentikan impor alat tulis tinta menyusul akan diproduksinya tinta dengan bahan baku gambir, kata Kepala Baristan Industri, Padang Sumatera Barat, Umar Hapson di Jakarta, Rabu.

Umar Hapson mengatakan hal itu usai bertemu dengan Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin, Euis Saedah. Menurutnya, tinta dengan bahan baku gambir sudah diuji coba saat berlangsungnya Pilkada di Payakumbuh 12 Juli 2012.

Dijelaskan oleh Umar bahwa selama ini, gambir produksi Sumatera Barat sepenuhnya diekspor dalam bentuk gelondongan ke beberapa negara seperti India, Pakistan dan Singapura. Di negara tujuan ekspor, gambir gelondongan dioleh menjadi antara lain tinta yang sering dipakai untuk kegiatan pemilihan umum baik pilpres, pilkada dan lainnya di Indonesia.

‘’Selama ini Indonesia mengimpor tinta pemilu dari India sementara bahan baku tinta tersebut sepenuhnya didatangkan dari Indonesia yakni Sumatera Barat. Tapi kini kita susah coba produk sendiri dan ternyata Indonesia bisa,’’ jelasnya.
Menjawab pertanyaan dikatakan, biaya yang dikeluarkan pemerintah membiaya impor tinta pemilu katanya cukup besar.

Hitungannya, untuk 100.000 rang pemilih, dibutuhkan tinta senilai Rp 10 juta. Karena itu Umar berpendapat, jika produk tinta dimaksud bisa dilakukans ecara massal, maka kegiatan itu akan bisa menghemat devisa dalam jumlah yang sangat besar.

Namun lanjutnya, produk massal belum bisa dilakukan karena investornya sedang dalam penjajakan kendati Ketua Asosiasi Eksportir Gambir Sumatera Barat, Ramol sudah menyatakan kesediaannya.

‘’Kami juga berencana mengolah gambir tidak hanya sebatas tinta pemilu, tapi tinta printer dan tinta pulpen,’’ jelasnya.

Selama ini, Sumatera Barat mengekspor gambir gelondongan sebanyak 13.500 ton dalam setahun yang oleh buyers luar negeri membayarnya dengan harga Rp 17.000/kg padahal harga normal Rp 30.000/kg.

Dirjen IKM Euis Saedah dalam kesempatan itu mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan titik awal untuk mengembangkan IKM berbasis gambir dalam kaitan mengembangkan produk dalam negeri. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS