Hidayat Ajak Pengusaha Jepang Bangun Industri Smelter

Loading

Laporan: Redaksi

MS Hidayat

MS Hidayat

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Terkait kewajiban membangun hilirisasi bagi pengusaha tambang, Menteri Perindustrian, MS Hidayat, ajak investor Jepang terjun ke industri smelter (pengolahan mineral). Hidayat menyatakan, pengusaha Jepang diharapkan dapat bekerja sama dengan pengusaha dalam negeri untuk membangun hilirisasi bahan tambang.

Hilirisasi bahan tambang ini jelas memakan biaya yang tidak sedikit. Namun langkah ini dipandang sangat penting.Selain dapat mengerem ekspor bahan mentah yang tak terkendali, langkah ini juga akan memberi nilai tambah pada ekpor hasil tambang. ‘’Lima mineral yang industri pengolahannya diprioritaskan oleh Kemenperin adalah nikel, tembaga, bauksit, bijih besi dan pasir besi,’’ kata MS Hidayat usai menerima rombongan pengusaha Jepang, Rabu silam.

Hidayat melihat, ekspor tambang mentah selama beberapa tahun ini sangat tinggi. Dikhawatirkan hal ini akan semakin mengikis persediaan sumber daya alan yang tak terbarukan ini. Bahkan sampai mencapai 500% – 800% dalam kurun waktu mulai 2008 hingga 2011. Karena itu, untuk mengantisipasi eksploitasi yang tak terkendali, pihaknya mendorong para pengusaha dalam negeri untuk membangun hilirisasi. Termasuk juga mengundang pengusaha Jepang untuk terjun dalam bisnis pengolahan tambang.

“Saya mengharapkan pengusaha Jepang itu dapat bekerjasama dengan pengusaha tambangdalam negeri utnuk membangun smelter. Saya jamin bahan bakunya dan mereka nanti mendapat keuntungan” tegas Hidayat.

Dalam pertemuan tersebut, pengusha Jepang masih menjajaki kemungkinan investasi itu dengan memastikan beberapa hal. Diantaranya, UU Minerba (Mineral dan Pertambangan) yang berlaku di Indonesia serta konsistensi pasokan gas. Pasalnya, sumber listrik di Jepang banyak yang mengandalkan pasokan gas dari Indoneisa.

Menanggapi hal tersebut, Hidayat menyatakan, pihaknya pasti menghormati kontrak kerjasama yang sudah ada sebelumnya. Namun sampai masa kontrak habis, maka kerjasama akan difokuskan pada DMO (domestic market obligation).

Investari Jepang sendiri di Indonesia tidak terlalu besar nilainya. Terhitung sejak 2011 hingga kuartal I 2012 hanya senilai US$ 600 juta. Investasi itu diletakkan pada bidang otomotif, elektronik, dan energi. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS