Hentikan Segera Pasar Uang

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

MARI kita bermuhasabah dan merenung sejenak untuk berfikir jernih penuh kearifan apa yang salah atau yang tidak tepat dengan fenomena kehidupan ekonomi di muka bumi ini. Ada saja yang terjadi sebagai permasalahan ekonomi di berbagai belahan dunia, sejak sistem ekonomi liberal dipertuankan oleh para penggerak kapitalisme.

Tahun 1929 terjadi great depresion dengan akibat semua aktivitas ekonomi terpuruk. Tahun 1997-1998 terjadi krisis moneter yang akhirnya berujung pada terjadinya krisis ekonomi dan krisis politik di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia yang nyaris membangkrutkan negeri ini. Tahun 2008 terjadi lagi dan sekarang tahun 2013 berulang kembali dan entah kapan lagi akan terjadi.

Semuanya terjadi karena ulah manusia sendiri yang memegang semboyan “adigang adigung adiguna” (sok kuasa, sok besar, sok sakti). Penggeraknya adalah para pengikut aliran homo homini lupus. (“sebagai serigala bagi manusia yang lain”. Sifat mementingkan diri sendiri yang ada pada diri manusia). Mereka adalah pengikut Adam Smith yang loyal. Ajarannya menjadi acuan bagi pengembangan sistem ekononomi liberal yang kapitalistik.

Para penguasa dan pembuat kebijakan ekonomi liberal yang kapitalistik sibuk membuat kebijakan yang pro pasar uang karena sangat menyayangi benar derap langkah dan dinamika yang terjadi di pasar uang sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi yang bisa membuat kesejahteraan ekonomi rakyat tidak berkembang.

Pasar uang membuat orang malas bekerja, lebih baiknya uangnya diputar di pasar uang sambil menunggu peruntungan. Makanya meskipun pasar uang itu menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi, tidak banyak orang yang dapat bekerja karena berkembangnya pasar uang. Rakyat kebanyakan tidak bisa ikut menikmati dengan maraknya pasar uang, kecuali para kapitalis borjuis.

Termasuk di dalamnya para pihak yang terlibat pada praktek money laundry, antara lain para koruptor, pedagangan narkoba dan obat terlarang dan human traficing serta para penyelundup. Mereka bermain “judi” di pasar uang dengan asyiknya. Tidak peduli tetangganya sakit dan kena musibah atau hidup miskin.

Dengan sombongnya mengatakan bahwa “aku” sudah bayar pajak ke negara. Pakai dana itu untuk mengurus fakir miskin dan anak-anak terlantar. Siapa suruh miskin. Mereka yang termarjinalkan hanya bisa mlongo lihat maraknya kegiatan di pasar uang. Mau ikutan tak punya fulus. Mau cari pekerjaan dan mencari sumber penghidupan yang halal dirasakan sangat sulit karena lapangan pekerjaan terbatas.

Perut lapar dan jika berkepanjangan pikiran bisa berubah menjadi kemalangan hidup yang datang. Ada yang (maaf) “menjadi pekerja seks”. Pagi siang malam berjudi togel karena para kapitalis juga sedang asyik “berjudi” di pasar uang. Menjadi tukang palak dan sebagaimana. Saking kepenginnya bisa ikut bermain di pasar uang, tega menjadi pengedar narkoba, ikut membuat uang palsu.

Pandangan ini adalah hanya sebuah hepotetis, tapi logikanya bisa saja terjadi di saat perkembangan pesat pasar uang menjadi media yang bisa mendatangkan keuntungan cepat dan instan bagi pesertanya, di pasar uang manapun di dunia. Melihat fenomena yang bisa menyesatkan ini dan stigma yang hidup di tengah masyarakat masih bisa mengatakan bahwa casino capitalism benar adanya, maka semua pihak otoritas penguasa di negara manapun harus berfikir ulang. Benarkah pasar uang tetap penting dan apakah mata uang itu patut dijadikan mata dagangan yang dperdagangkan di pasar uang?

Opini ini berpendapat bahwa pasar uang lebih mendatangkan mudlarat daripada manfaat, baik bagi negara maupun rakyatnya. Oleh sebab itu, tuan-tuan besar yang suka bicara dengan mulut besar dengan semangat adigang adigung adiguna di forum IMF,World Bank, WTO, G20 dan WEF pikirkan kembali dunia perekonomian yang sangat liberal dan ubah menjadi sistem yang humanistik.

Ekonomi dunia cukup dibangun dan digerakkan pertumbuhannya dengan menggunakan dua instrumen pasar saja, yaitu pasar barang dan pasar modal saja sudah cukup. Biarlah yang diperdagangkan di dunia ini hanya pasar barang saja yang hasil produksi sektor ,pertanian.industri dan sektor riil lainnya. Pasar modal dipakai sebagai wahana untuk mencari sumber pembiayaan alternatif untuk menggerakkan sektor riil di luar sistem perbankan.

Kembalikan fungsi uang hanya sebagai alat pembayaran yang sah dan bukan difungsikan sebagai mata dagangan. Moral penguasa dan moral masyarakat bisa menjadi bejat karena di muka bumi ini ada istilah pasar uang. Padahal di dalamnya lebih banyak terjadi praktek casino capitalism.

Bagaimana mau menyelamatkan bumi yang lingkungannya sudah rusak akibat efek gas rumah kaca kalau uangnya lebih banyak dipakai “berjudi” di pasar uang. Sementara itu, menyelamatkan bumi dari kehancuran memerlukan dukungan dana yang tidak kecil. Karena itu, mari kita tata kembali motto hidup kita, yaitu menjadi making value not making money. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS