Hati-hati Penyakit Demam Berdarah Kambuh Lagi

Loading

Oleh: Anthon P Sinaga

ilustrasi

ilustrasi

PENYAKIT demam berdarah kambuh lagi menjelang pergantian musim hujan ke musim kemarau. Genangan-genangan air masih tersisa, ternyata menjadii tempat subur bagi nyamuk penyebar demam berdarah, Aedes aegypti, untuk berkembang biak.

Tersangka Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan yang kini ditahan KPK karena kasus suap, korupsi dan pencucian uang, merupakan salah satu korban demam berdarah, yang terpaksa dirawat 9 hari di RS Soekamto, Kramatjati, baru-baru ini. Adik Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah itu terserang penyakit demam berdarah, sehingga sempat dua kali gagal diperiksa di Persidangan Tipikor.

Saat ini, hampir semua rumah sakit di Jakarta dilaporkan merawat sejumlah pasien demam berdarah. Tidak hanya anak balita yang rentan terhadap penyakit ini, tetapi juga kaum remaja sampai warga setengah tua, baik laki maupun perempuan. Jenis penyaki ini memang kambuh pada saat-saat pergantian musim. Nyamuk penyebar penyakit ini berkembang biak pada genangan air jernih seperti air hujan di wadah-wadah yang bersih, seperti di tanah legok, botol-botol kosong, kaleng-kaleng, atau bak mandi sekalipun yang tidak sering dikuras.

Ciri-ciri deman berdarah pun semakin sulit teridentifikasi, kalau tidak diperiksakan darah ke laboratorium. Dulu, gampang diketahui dengan ciri bintik-bintik merah di kulit orang yang menderita demam. Tapi sekarang, ciri ini tidak mutlak lagi, sehingga sering terlambat dibawa ke dokter atau puskesmas untuk dirujuk ke rumah sakit setelah stadium tinggi.

Namun, di balik kewaspadaan kita, kini ada kabar yang menggembirakan dengan ditemukannya obat anti-demam berdarah. Universitas Airlangga, Surabaya sedang melakukan uji klinis fase tiga terhadap bahan obat anti-demam berdarah. Yakni, konsentrat dari sejenis tanaman dari Australia, yang disebut Malaleuca alternifolia concentrate (MAC). Obat ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi penderita demam berdarah yang selama ini belum ada obat atau vaksinnya. Selama ini rupanya melawan virus demam berdarah hanya dengan infus suplemen atau bahan mineral penguatan tubuh.

Ketua Lembaga Penyakit Tropik Universitas Airlangga, Prof Nasronudin hari Minggu (31/11/2013 di Surabaya mengumumkan, bahwa uji klinis fase tiga sedang dilakukan untuk mempelajari kemampuan bahan obat MAC tersebut dalam melawan virus yang ditularkan oleh nyamuk penyebar demam berdarah (Aedes aegypti). Virus yang ditularkan itu menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang populer akhir-akhir ini.

Hasil uji fase tiga menunjukkan, pemberian MAC pada pasien DBD dapat mengurangi jumlah virus dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian MAC kepada pasien juga tidak mengganggu fungsi hati dan ginjal. Hasil uji fase tiga ini menguatkan hasil uji klinis fase dua yang dilakukan Prof Umar Fahmi Achmadi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, dan uji klinis fase satu yang dilakukan Prof Lukman Hakim dari Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, sebelumnya.

MAC dihasilkan dari ekstraksi Malaleuca alternifolia, sejenis tanaman perdu yang tumbuh di Australia. Sejak tahun 2008, tanaman ini sudah diuji coba ditanam di Indonesia, yakni di kebun percobaan di lereng Gunung Slamet, Purwokerto, kebun percobaan di Kabupaten Cilacap, kebon percobaan Lewiliang, Bogor dan kebon percobaan di Tawangmangu. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS